Namun, sebagian ekonom menilai pengaruh fenomena ini semakin memudar.
“Jika dulu pernah ada, kini para trader yang sudah tahu pola ini bertindak lebih dulu sehingga dampaknya hilang,” jelas Investopedia.
Sejak dekade 1990-an, penurunan tajam di bulan September makin jarang terjadi. Bahkan sebagian analis beranggapan investor memilih menjual saham lebih awal, misalnya di Agustus, sehingga tekanan di September berkurang.
“Fenomena ini tidak bisa dijadikan patokan pasti dalam mengambil keputusan investasi,” ungkap laporan Investopedia.
Karena itu, September Effect lebih layak dianggap mitos pasar ketimbang pedoman investasi.
“Bagi sebagian ekonom, mencatat fakta September sering dianggap buruk, tapi bukan berarti satu bulan ini harus jadi yang paling merugi,” tutup Investopedia.**
Artikel Terkait
Utang BLBI BCA Jadi Sorotan: Saham Dilepas Rp10 Triliun, Negara Disebut Rugi Rp78 Triliun menurut Kwik Kian Gie
Kendati Berisiko Tinggi, Remaja Dinilai Perlu Belajar Investasi Kripto untuk Asah Literasi dan Skill Finansial di Era Digital
JP Morgan Prediksi IHSG Menguat Semester II 2025, Konsumsi Domestik dan Belanja Pemerintah Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Pakar: Generasi Milenial Lebih Sadar Dana Darurat Pasca Krisis 2008, Kini Lebih Cermat Atur Keuangan dan Siap Investasi
Inilah Alasan JP Morgan Prediksi Pasar Saham RI Cerah di Semester II 2025: Konsumsi Domestik hingga Suku Bunga Global