Jakarta, Klikanggaran.com (03-06-2019) - Lagi-lagi isu tak sedap tercium tentang penerbangan di Indonesia. Kali ini khusus mengenai PT. Garuda Indonesia dan kaitannya (Interkoneksi) dengan angkutan haji. Enigma (tanda tanya) yang menjadi perbincangan di ruang publik, diketahui bahwa haji memberikan kontribusi yang besar terhadap bisnis Garuda. Terkait ini semua, menimbulkan tanda tanya besar karena terindikasi maladministrasi, yang diduga dilakukan oleh oknum misterius.
Enigma yang tercetus yakni tiga pertanyaan singkat merujuk pada kronis keuangan terhadap PT. Garuda Indonesia:
●Kenapa haji bertahun-tahun pakai Garuda dan Saudi Arabia Airline?
●Berapa sih pendapatan Garuda dari haji?
●Berapa keuntungan Garuda Indonesia dari haji?
Untuk diketahui, sebelumnya Saudi Airlines dipakai untuk angkutan haji karena prinsip kebijakan resiprokal. Karena haji ke Saudi, kemudian Saudi minta agar maskapai negaranya dipakai sebab ini merupakan hubungan G-to-G (Antar Pemerintahan). Perbandingan rasio angkut Garuda dan Saudi Airlines adalah 53%-47%, 53% dari jumlah jemaah diangkut oleh Garuda dan sisanya diangkut Saudia. Jumlah jemaah reguler tahun lalu 204 ribu dan tahun ini 214 ribu karena ada penambahan kuota yang 10 ribu. Berarti Garuda angkut 107 ribuan jemaah dan tahun ini 113 ribuan.
Saudi airlines umumnya pakai pesawat badan besar yang sekali terbang angkut 300-400 jemaah lebih. Adapun Garuda tidak semua pakai pesawat badan besar, karena tidak semua bandara atau embarkasi haji bisa didarati oleh pesawat berbadan besar. Contohnya, SOC atau Solo, jemaahnya banyak lebih dari 34 ribu, tapi tidak bisa didarati oleh pesawat berbadan besar sehingga Garuda yang pasti tertuju ke sana.
