Jakarta, Klikanggaran.com (08-09-2019) - Tahun 2017 kabarnya Bank Indonesia belum melakukan pemeriksaan fisik uang rupiah atas rekening uang dalam penelitian sebesar Rp18.877.200.000.
Hal ini bisa berakibat terjadinya resiko saldo rekening uang rupiah dalam penelitian tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Sebelumnya, pada laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia atau LKBTI 2017 terlihat saldo uang rupiah dalam peredaran sebesar Rp694.844.759 juta. Hal ini di antaranya terdapat rekening uang dalam penelitian tersebut sebesar Rp19.868.372.000.
Uang dalam penelitian juga terdiri dari saldo Kantor Pusat sebesar Rp19.277.872.00 dan Kantor Perwakilan sebesar Rp590.455.000. Nah, saldo uang dalam penelitian pada aplikasi BISAK diketahui sebesar Rp991.172.000, yang terdiri dari Kantor Pusat sebesar Rp400.672.000 dan Kantor Wilayah sebesar Rp590.455.000.
Artinya, jika kita jeli melihat, di LKBTI dan aplikasi BISAK ternyata ada selisih di Kantor Pusat sebesar Rp18.877.200.00. Maka dengan demikian jelas bahwa masih terdapat saldo rekening uang dalam penelitian sebesar Rp18.877.200.00 yang belum dilakukan pemeriksaan fisik. Publik pun berasumsi, jangan-jangan atau mungkin saja, sengaja tidak dicatat dalam aplikasi BISAK?
Selain itu ada informasi lainnya, bahwa selisih saldo rekening UDP antara BI-SOSA dengan BISAK sebesar Rp18.877.200.000 kabarnya merupakan saldo rekening uang dalam penelitian yang dikelola oleh satuan kerja non kas.
Mungkin secara payung hukum, setiap tindakan atau masalah ini ternyata dapat melanggar aturan. Dan, kalau kita telusuri lebih dalam lagi, ternyata betul faktanya, kondisi tersebut memang tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Deparetemen keuangan Bank Indonesia.
