Kau tidak mencintai Katsuo, kan? Noriko, kata Pingkan, waktu itu dia mengangguk, kau mau pergi ke Kyoto, kan? Noriko berpikir sejenak mengangguk. (Damono 2019,129).
Kutipan lain yang menunjukkan nilai kejujuran masih terlihat oleh tokoh Pingkan dan Noriko. Disini Pingkan dan Noriko yang sama-sama menunjukkan sikap terbuka satu sama lain tentang perasaan masing-masing yang saling menyayangi. Untuk lebih jelasnya berikut kutipannya:
Aku menyayangimu, Ping. Aku apalagi, Noriko. Aku ingin menjadi kamu, Ping Maksudmu? Ingin menjadi Pingkan kalau sudah ikut ibumu di Solo nanti. Membantu ibumu seperti dulu kamu membantunya, Ping. (Damono 2019, 134).
Nilai Kesediaan Bertanggung Jawab
Kesediaan untuk bertanggung jawab adalah uang pertama, kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kedua, bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika tidak dapat menggantikan agama namun ia juga tidak bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu atau tidak, sehingga terikat pada apa yang perlu dan nilai yang mau dihasilkan (Suseno 1987,145-46).
Kesediaan bertanggung jawab terlihat pada lampiran 4 dengan satuan peristiwa dengan beberapa tokoh didalamnya.
Pinkan dan Noriko
Tokoh yang terlibat dalam kesediaan bertanggung jawab yaitu Pinkan dan Noriko. Digambarkan bahwa tokoh Pingkan yang ingin membantu Noriko yang ingin melakukan hal sederhan yaitu belajar menari. Pingkan ingin yang terbaik untuk Noriko dan ingin membawanya ke Solo. Untuk lebih jelaskan berikut kutipannya:
“Aku akan mengusahakan cara apa saja yang bisa membantunya memenuhi keinginannya yang kedengarannya sederhana: ingin ke Solo, Aku ingin belajar menari, Ping, kata Katsuno kau penari luar biasa. Begitu katanya. Aku ingin seperti kamu, Ping.” (Darmono 2019,122).
Nilai kesediaan bertanggung jawab juga dapat dilihat dari bagaimana kita bersedia untuk melakukan apa yang dilakukan sebaik mungkin, seperti yang digambarkan tokoh Pingkan dan Noriko. Noriko yang ingin sekolah di Indonesia dan ingin melakukannya sebaik mungkin agar Pingkan tidak kecewa terhadapnya karena telah menolongnya. Berikut kutipannya:
Aku punya yen cukup, Ping, kata Noriko tanpa menunjukan emosi sama sekali ketika ditanya. Kok ? tanya Pingkan Pada dirinya Sendiri. (Damono 2019, 128).
Novel ini sangat cocok bagi pembaca yang suka membaca novel dan menganalisis nilai metafora dan analogi. Penulis berhasil menyampaikan nilai kehidupan dalam buku ini. Dengan kata lain, manusia tidak boleh dikendalikan oleh berjalannya waktu, waktu tidak berhenti, maka sebagai manusia kita harus memanfaatkan waktu dengan bijak, namun cara untuk melakukannya tidaklah mudah bagi manusia. Agar pembaca dapat memahaminnya.
Artikel ini ditulis oleh Muhamad Arby Almunta Wakil, Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.