"Tresnoku koyo bonsai anting putri
Tak sirami rino lan wengi
Masio elok indah disawangi tapi
Dipekso ra iso gedhi"
Lirik di atas menggunakan majas personisikasi yang mana menggambarkan kisah cintanya seperti pohon bonsai yang disirami tiap siang dan malam tapi tidak besar-besar walaupun sangat indah dipandang.
"Sabar ati sabar ngeadepi
Nandure kembang tukul wirang"
Dalam lirik lagu diatas juga menjelaskan dan menggunakan majas personifikasi yaitu dia tetap sabar hatinya dan sabar menghadapi beliau karena dia sudah menanam bunga akan tetapi tumbuhnya malah rasa malu.
Dari penjabaran di atas dapat diliat bahwa kata-kata sederhana dapat menjadi makna yang sangat indah untuk disampaikan dengan tepat sehingga menjadi point plus bagi pendengarnya.
Artikel ini ditulis oleh Hadi Mulyono, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Kritik Sosial dan Pesan Moral dalam Novel "Mondang versus Jakarta"
Cermin Budaya dan Keadilan: Kisah Mengharukan dalam Film "Miracle in Cell No. 7" Versi Indonesia
Perbandingan Novel "Hati Suhita" Karya Khilma Anis dengan Film Adaptasinya dalam Perspektif Teori Sastra Bandingan
Konflik Batin Pada Lirik Lagu “Jungkir Balik” dari Maisha Kanna
Internalisasi Nilai Religius dalam Novel Kado Terbaik karya J.S. Khairen: Sebuah Analisis