5. Sebagaimana kita semua tahu, PKB itu kan ‘anak kandung’ NU dalam hal partai politik. Dan sampean sudah sekian tahun menjadi kumendannya. Di sisi lain, salah satu Imam yang menjadi rujukan jamiyyah NU adalah Imam Al-Ghazali. Sebagai kumendan, terjemahkanlah ajaran-ajaran Imam Al-Ghazali dalam hal siyasah politik yang implementatif dan sesuai dengan tantangan zaman. Saya yakin sampean lebih dari mampu. Lha wong sampean kan panglima santri. Santri ndeso saja paham ajaran itu, apalagi panglimanya tho? Selain memiliki ‘circle of concern‘ yang cukup, ‘circle of influence‘ sampean saya yakin sangat mumpuni.
6. Tolong hindari penggunaan lambang jamiyyah NU untuk acara-acara sampean, meskipun acaranya bersama nahdliyin dan kiai NU. Menurut hemat saya, penggunaan lambang NU untuk hal seperti itu men-down grade muru’ah jamiyyah dan berpotensi menimbulkan citra jamiyyah yang tidak baik di publik, baik publik nahdliyin yang lain atau di luar nahdliyin. Boleh jadi akan ada anggapan bahwa PKB = NU. Padahal tidak. Sungguhpun tidak. Menghindari ‘mafasid’ tentulah lebih yoih.
Baca Juga: Sebut Tuhan tidak Perlu Pengeras Suara, Guntur Romli: Tuhan Tidak Tuli!
Saya kira begitu saja dulu ya, Cak. Semoga surat ini bisa ditanggapi oleh hati sampean, bukan mesin-mesin sampean. Karena surat ini bukan untuk mereka.
Nggih, mpun.
Maturnuwun.**
Artikel Terkait
Survey Elektabilitas Partai: PDIP Juara 1, Gerindra 2, dan PKB 3
Gus Muhaimin: Pesantren dan Madin adalah Penentu Kemajuan Indonesia
Ramai Deklarasi Dukungan untuk Capres 2024, Dengan Siapa Gus Muhaimin akan Diduetkan?