Lelah Bekerja! Siswa di Sekolah Julianto Pilih Tidur daripada Makan

photo author
- Senin, 12 September 2022 | 20:58 WIB
Temuan dugaan kekerasan fisik di sekolah milik Julianto (Dok.klikanggaran.com/KR)
Temuan dugaan kekerasan fisik di sekolah milik Julianto (Dok.klikanggaran.com/KR)

Retno juga menceritakan, semua pekerjaan di tempat wisata maupun hotel dilakukan oleh peserta didik dari kelas X sampai kelas XII. Pekerjaan mereka mulai dari masak, menyajikan masakan, mencuci peralatan masak dan makan/minum, mengurus jual beli souvenir, membersihkan hotel, melaundry sprei/handuk, dan lain-lain. Semua pekerjaan itu diberikan pada para peserta didik dengan dalih proses atau praktik belajar kewirausahaan.

Baca Juga: Nadiem Makarim Sebut Penghapusan Tunjangan Sertifikasi dari RUU Sisdiknas Justru akan Untungkan Guru, Betulkah

“Padahal mereka siswa SMA, bukan SMK (vokasi). Kalau belajar pun seharusnya tidak menyita waktu begitu banyak. Mereka semestinya tetap mendapatkan pembelajaran SMA selama 6-8 jam,” tutur Retno.

Saat ditanya apakah para korban menerima upah dari pekerjaan, mereka menjawab, anak kelas X tidak dibayar sepeser pun. Sementara anak kelas XI hanya mendapat upah Rp100 ribu per bulan, kelas XII sebesar Rp150 ribu per bulan. Upah tersebut diterima atas jam kerja panjang yang mereka lakukan.

Manajemen sekolah Julianto diduga menempatkan anak-anak dalam pekerjaan berbahaya. Mereka harus bekerja hingga malam hari, sehingga anak-anak mengalami tumbuh kembang yang tidak optimal karena kurang istirahat. Pekerja di sektor formal saja, yang diisi oleh orang dewasa hanya bekerja selama 8 jam per hari. Anak-anak ini mengaku setiap hari bekerja lebih dari 8 jam.

Baca Juga: Mengulas Karakter In Joo dalam Drakor Little Women atau Meg Novel Little Women Tahun 1868

“Mereka masih anak-anak, yang butuh istirahat cukup (minimal 7 jam/hari) dan makan teratur untuk tumbuh kembangnya. Para siswa di sekolah milik Julianto ini kerap tak sempat makan. Bahkan saking lelahnya, mereka memilih tidur daripada makan, sehingga banyak anak mengalami sakit pencernaan,” ungkap Retno lagi.

Menurut keterangan saksi yang sudah alumni sekolah milik Julianto, mereka tak hanya dieksploitasi secara ekonomi, namun sejumlah anak mendapatkan kekerasan fisik dan psikis. Seperti dibentak, dipukul, bahkan diinjak-injak dadanya karena dianggap melakukan kesalahan atau pelanggaran. Kasus dugaan kekerasan fisik ini pernah dilaporkan kepada pihak kepolisian, namun belum ada tindak lanjut. Para terduga pelaku kekerasan seksual adalah pihak manajemen sekolah JE.

Sobat Klik, kita doakan bersama agar kasus susulan di sekolah milik Julianto ini segera diselidiki oleh aparat penegak hukum. Terima kasih masih setia menjadi pembaca klikanggaran, silakan bagikan link artikel ini untuk kebersamaan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X