Baca Juga: Nasihat untuk Para Pemilih Jalan Penghafal Al-Qur'an
Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Beirut, di mana dia belajar di College de la Sagasse sekolah tinggi Katolik Maronit sejak tahun 1899 sampai 1902.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Kesultanan Usmaniyah yang sudah lemah, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, tetapi ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya.
Baca Juga: Pembunuh Pasutri Lansia Di Pali Ditangkap Polisi, Motif Pembunuhan ternyata Mengagetkan
Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York City, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang menyerang orang-orang korup yang dilihatnya.
Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronit.
Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya.
Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC.
Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Pada tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Artikel Terkait
Nama Lora Diara Kini Dikepoin Warganet Terkait Viralnya Layangan Putus, Siapakah Sebenarnya?
Nasihat Oemar Mitha untuk Ibu-ibu 'Layangan Putus'
Sebut Bonekanya Sebagai Putranya, Ivan Gunawan Pastikan Ia Tidak Gila
Realisasi Angan: Realitas yang Perlu Dibentuk dan Diwujudkan Sebagai Resolusi Tahun Baru
10 Ucapan Selamat Tahun Baru yang Super Romantis untuk Sang Kekasih
Peruntungan Shio Tikus di Tahun Macan Air
Bolehkah Mengasuh Spirit Doll atau Boneka Arwah? Ini Kata MUI
Ramai-ramai Punya Spirit Doll, Ternyata Boneka Ivan Gunawan Kosong
Nasihat untuk Para Pemilih Jalan Penghafal Al-Qur'an