Jakarta,Klikanggaran.com - Pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak era Presiden Jokowi yang bahkan sudah direncanakan sebelum masa kepemimpinannya yang dimotori oleh Said Didu, rupanya memiliki agenda lembaran baru. Agenda lembaran baru tersebut dapat dirasakan kita sekarang ini pada disparitas harga BBM antar SPBU yang ada dipegang oleh Pertamina.
Hal itu tak hanya bermuara pada hilirnya saja, namun pada manajemen hulunya Pertamina, rupanya tanpa rasa malu sebagai perusahaan plat merah sebagai penyejahtera masyarakat dengan blak-blakan justru berubah menjadi perusahaan profit oriented.
Di antara kebijakan profit oriented pada waktu harga minyak mentah dunia turun drastis karena pandemi Covid-19, Pertamina tak kunjung menurunkan harga eceran pada hilir dengan alasan penyehatan perusahaan karena harga eceran di hilir adalah sumber utama dari pemasukan pada Pertamina yang paling besar dan yang paling bisa dimonopoli dari segi jumlah produksinya.
Akan tetapi, kekhawatiran ini muncul saat Pertamina menjadi perusahaan profit oriented yang pada akhirnya menenggelamkan Pertamina itu sendiri ketika pemain asing SPBU masuk dan menjamur karena BBM pada era sekarang sudah dapat dikategorikan sebagai kebutuhan pokok masyarakat dan masalah persaingan harga dengan manajemen yang buruk seperti Pertamina sekarang akan merugikan Pertamina itu sendiri. Bahkan, alih-alih turut menyejahterakan masyarakat malah masyarakat enggan dengan Pertamina, justru Pertamina nasibnya ke depan di lepas ke publik secara brutal atau malah hilang. Hilangnya Pertamina ini karena kita sudah tidak mungkin lagi menggantungkan Pertamina untuk memegang hulunya sendiri.
Penulis: Ardian Rahman