opini

SBY, Satu Putaran Saja, dan P5: Positioning

Jumat, 24 Juli 2020 | 09:08 WIB
sby-boediono

Kekuatan dan kelemahan dari kandidat ini kemudian dikaitkan dengan kekuatan dan kelemahan kompetitor. Ini penting agar diperoleh ceruk (celah) pembeda.


Ini hasil akhir yang ingin dituju. Kekuatan kandidat menjadi kelemahan kompetitor.


Positioning itu kemudian dikaitkan dengan isu yang dianggap penting di masyarakat.


Misalnya, kandidat ingin ditonjolkan pada kemampuannya menyelesaikan ekonomi. Ini strategi yang efektif jika mayoritas segmen pemilih tidak puas dengan kondisi ekonomi.


Positioning dalam marketing politik di satu sisi mirip dengam produk komersial. Produk ketika dilempar ke pasar, harus berhadapan dan berkompetisi dengan produk sejenis. Produk harus menentukan positioning sebagai pembeda dengan produk lainnya.


Positioning membayangkan segmen pasar yang hendak dituju oleh produk. Jika produk minuman memposisikan sebagai minuman kesehatan misalnya, produk menyasar segmen konsumen yang peduli dengan kesehatan.


Misalnya ditonjolkan produk itu tak menggunakan bahan pengawet. Ditunjukkan pula komposisi bahan yang membuat tubuh kuat, segar, fresh, nyaman.


Tapi memang positiong pemasaran politik lebih rumit dibandingkan produk komersial. Mengapa? Karena dalam produk komersial, konsumen bisa memilih beberapa produk sekaligus. Misalnya dalam satu waktu, mereka bisa hari ini mengunyah Kentucky Fried Chicken tapi besok menyantap Ayam Goreng Suharti.


Sebaliknya dalam produk politik, pemilih hanya memilih satu kandidat atau partai saja.


Dalam pemilu presiden, hanya ada satu pemenang. Karena itu dalam pemasaran politik, kandidat harus merancang positioning yang paling bisa menjamin kemenangan.


Upaya menemukan positioning ini dilakukan lewat aneka riset. Itu bisa melalui survei opini publik ataupun kelompok diskusi terbatas (FGD). Lebih bagus lagi jika ia diperkaya oleh media analisis dan Depth Interview dengan pakar.


Tim sukses kandidat juga menyelaraskan positioning dengan profil sosiologis dan demografis pemilih. Harus ada keterkaitan antara positioning kandidat dengan segemen pemilih yang sedang disasar.


Dalam pemasaran politik, positioning ini diimplementasikan dalam bentuk platform kampanye. Juga dalam bentuk citra kandidat.


-000-


Agar gambaran positioning lebih jelas lagi, kita dapat mengeksplor kasus yang menjadi studi khusus.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB