Penulis bersama LSD pun bergerak. Iklan TV, koran, radio ramai dengan Isu Satu Putaran Saja. Isu itu juga dibicarakan di aneka tempat hingga warung kopi.
Pro dan kontra tercipta membahas apakah memang sebaiknya Pilpres berakhir Satu Putaran Saja. Bukankah trilyun dana akan dihemat jika pilpres satu putaran saja?
Bukankah pembelahan politik lebih tajam akan terhindari? Bukankah pilpres yang lebih cepat selesai akan membuat Indonesia lebih cepat bekerja normal lagi?
Kepentingan publik dalam Gerakan Satu Putaran Saja sangat kuat. Dan memang gerakan ini sangat menguntungkan SBY- Boediono. Karena hanya pasangan ini yang paling mungkin menang satu putaran saja.
Tak nanggung, penulis pun membuat iklan setengah halaman, di halaman 3 Harian Kompas. Tanggal 3 Juli 2009, 5 hari sebelum hari pencoblosan, Iklan penulis di harian KOMPAS itu memprediksi SBY menang satu putaran saja. (2)
Iklan dalam bentuk tabel. Pasangan SBY - Boediono akan memperoleh di atas 50 persen. Dua pasangan capres lain: Megawati- Prabowo dan JK- Wiranto akan memperolah dukungan di bawah 30 persen.
Akibat Gerakan Satu Putaran Saja, penulis pun didukung dan dikecam dimana mana. Tapi akhirnya terbukti. SBY- Boediono memang menang satu putaran saja.
SBY- Boediono menang 60.8 persen dalam konstestasi tiga pasangan 2009. Sejauh ini, itu kemenangan dengan prosentase terbesar dalam pemilu presiden secara langsung. Baik Mega- Prabowo dan JK-Wiranto memperoleh dukungan di bawah 30 persen, sesuai dengan prediksi LSI Denny JA yang diiklankan di Kompas, 5 hari sebelumnya.
-000-
Contoh gerakan penulis di atas itu positioning in action. Tak hanya isunya: Satu Putaran Saja. Isu ini membuat SBY- Boediono superior karena hanya pasangan ini yang paling mungkin menang satu putaran.
Tapi juga gerakannya: ini gerakan masyarakat. Ia bukan bagian dari tim kampanye resmi. Gerakan LSD tak terdaftar dalam tim kampanye resmi manapun. Ini gerakan dari publik untuk publik, yang justru lebih efektif menyentuh masyarakat luas.
Bagaimana dunia akademik mengeksplor isu positioning? Penulis merumuskan 10 P untuk marketing politik. P 5 adalah Positioning!
Tahapan penting dalam pemasaran politik memang soal Positioning. Yakni bagaimana kandidat atau partai memposisikan dirinya di hadapan pemilih. Dengan posisi itu, partai atau kandidat membuat dirinya lain dengan kompetitor.
Positioning disatu sisi mengkapitalisasi visi dan kekuatan kandidat. Di sisi lain, positioning juga menekankan kelemahan dari kompetotor.
Positioning dibentuk lewat proses yang panjang. Kandidat harus merumuskan kekuatan dan kelemahan dirinya. Ia perlu mengidentifikasi bagian yang ingin ditonjolkan. Apakah itu soal kepribadiannya? Pengalaman masa lalu? Program? keunikannya pada isu penting tertentu? Kinerja? Dan sebagainya.