opini

SBY, Satu Putaran Saja, dan P5: Positioning

Jumat, 24 Juli 2020 | 09:08 WIB
sby-boediono

“Penghargaan ini diberikan kepada Denny JA selaku pribadi dan sebagai pimpinan LSD yang dinilai berjasa sebagai penggagas berita Gerakan pilpres Satu Putaran Saja.” Pemberitaan isu itu mencuat selama Pilpres 2009 mengalahkan isu berita lainya, termasuk isu kontroversial daftar pemilih tetap (DPT).”


-000-


Mengapa penulis memilih Gerakan Satu Putaran Saja dalam Pilpres 2009? Jawabnya adalah sebuah ilmu dalam marketing politik: Positioning.


Istilah itu merujuk pada strategi membedakan satu kandidat pemimpin dalam pertarungan pemilu dengan kandidat lainnya. Melalui positioning, kandidat tersebut nampak jauh lebih superior dan sesuai dengan harapan publik luas.


Bagaimanakah awal perkara lahirnya Gerakan Satu Putaran Saja?


Di awal April 2009, tak lama setelah selesai pemilu legislatif, Handphone penulis berdering. Ternyata dari Hatta Rajasa. Saat itu Hatta menjadi penanggung jawab kampanye SBY- Boediono.


“Dindo, kapan kito pacak ketemu?” Demikian Hatta memulai percakapan dalam bahasa Palembang. Kami pun berjumpa empat mata. Hatta menanyakan peran apa yang penulis dapat mainkan dalam pilpres 2009?


Seketika penulis katakan. Pilpres ini terlalu penting jika hanya digerakkan oleh tim kampanye resmi. Masyarakat luas perlu juga bersuara. Bulat dan lonjong hidup masyarakat juga ditentukan oleh siapa yang menang dalam pilpres. Setiap capres membawa mimpi Indonesia yang berbeda.


Penulis pun mengajukan diri menggerakkan opini publik. Sebelum berjumpa Hatta, penulis sudah mempunyai data riset LSI Denny JA. SBY besar kemungkinan terpilih lagi dalam Pilpres 2019.


Tapi bagaimana caranya membuat SBY- Boediono menang satu putaran saja? Tak perlu menunggu dua putaran? Artinya SBY- Boediono di putaran pertama harus menang di atas 50 persen. SBY- Boediono harus menang setelak- telaknya atas dua pasangan capres lain.


Hatta Rajasa setuju dengan gerakan masyarakat ini. Ia pun mempertemukan penulis dengan SBY.


Di Cikeas, di hadapan SBY dan tim inti, penulis presentasi. Hatta Rajasa sendiri berhalangan hadir. SBY ditemani tim inti yang lain.


Penulis memaparkan pentingnya gerakan civil society di masyarakat. Gerakan ini bukan menjadi bagian dari tim kampanye resmi. Ini adalah hak rakyat untuk ikut menentukan pula arah pilpres 2019.


Penulis sendiri yang akan memimpin gerakan ini. Wadahnya Lembaga Studi Demokrasi (LSD). Bahan kampanye utama hasil survei nasional LSI Denny JA. Slogannya: Satu Putaran Saja!


SBY puas dengan rencana gerakan ini. Ia setuju sebaiknya masyarakat aktif ikut menentukan arah kampanye. Pemilu terlalu penting jika hanya diisi oleh tim kampanye resmi.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB