Jakarta, KlikAnggaran.com — GUS DUR terpilih dan dilantik jadi Presiden RI ke-4 pada tanggal 20 Oktober 1999 dalam Sidang Umum MPR RI, setelah unggul 60 suara mengalahkan kandidat Presiden yang diunggulkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Puteri.
Pemilihan Presiden ke-4 Republik Indonesia yang sangat fenomenal dan mendebarkan hati, dengan sebuah manuver dan rekayasa politik paling otentik dengan kolaborasi yang bernama “Poros Tengah” yang digagas dan dihela Bapak Reformasi Indonesia Muhammad Amien Rais, yang dapat mengalahkan secara meyakinkan Kandidat terkuat dan pemenang pemilu Ketua Umum PDIP.
Tanggal 18 Oktober 1999, Ba'da Isya, kala itu saya dihubungi oleh Sahabat saya Nadjamuddin Ramly (Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah), jikalau Buya Syafi'i Ma’arif (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) ada di loby Hotel Mulia Senayan Jakarta, Bung Nadja memberitahukan bahwa Buya Syafi’i ingin bertemu dan bersilaturrahim dengan GUS DUR. Ketika itu GUS DUR sedang di kamar 3030 bersama Ibu Sinta Nuriyah, Yenny Wahid, Alwi Shihab. Setelah melaporkan ke GUS DUR saya diperintahkan menjemput Buya Syafi’i ke Lobby Hotel Mulia. Dengan didampingi oleh Nadjamuddin Ramly, Buya Syafi’i saya antar menemui GUS DUR, ketika itu GUS DUR baru saja selesai mandi dan masih menggunakan kaos oblong. Buya Syafi’i langsung menyampaikan bahwasanya Pak Amien Rais (Ketika itu sudah terpilih sebagai Ketua MPR RI sebuah Lembaga Tertinggi dalam memegang Kedaulatan Rakyat), sudah siap untuk bertemu dengan GUS DUR di lantai 40 yakni lantai paling puncak (Penthouse) Hotel Mulia Senayan Jakarta kamar 4001.
Saat kedatangan Buya Syafi’i di kamar 3030 Hotel Mulia, kami berbagi tugas,saya kebagian membantu Gusdur memasang Jas dan celana panjangnya dan Nadjamuddin Ramly kebagian memasangkan kaos kaki Gusdur.
Sambil persiapan untuk jumpa Pak Amien Rais, GUS DUR bercerita ke Buya Syafi’i "akan ada Kiyai Pintar yang datang untuk mengobati mata saya, insyaAllah dalam waktu dekat Buya, penglihatan saya akan pulih kembali." ”Alhamdulillah" Buya Syafi’i menimpali informasi GUS DUR itu.
Sambil kakinya dipasangi kaos, GUS DUR sempat berpesan kepada Nadjamuddin Ramly supaya, "Ansor NU dan Pemuda Muhammadiyah harus bersatu jika ummat Islam mau maju dan kuat, hentikan perselisihan dan pertengkaran yang tidak perlu”. Seterusnya GUS DUR menjelaskan “jika nanti kalau sudah terpilih sebagai Presiden RI, saya tetap tinggal di Ciganjur Buya Syafi’i” kata GUSDUR. "Macet Gus, kasian rakyat" kelakar Nadjamuddin Ramly. "Naik Helikopter dari Ciganjur Jakarta Selatan ke Istana Merdeka Buya Syafi’i" canda GUS DUR. "orang kalau sudah kena strok, tidak boleh lagi naik helikopter" Buya Syafi’i mengingatkan.
Hubungan kedua tokoh ini sebegitu akrabnya. Ketua Umum PBNU dan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Sungguh menjadi teladan bagi anak muda NU dan Muhammadiyah ketika itu.
Tak terasa dengan candaan GUS DUR tadi, GUS DUR pun sudah rapih dan bersiap-siap menuju ke kamar Pak Amien Rais di lantai paling puncak Hotel Mulia Senayan itu. Saat itu di dalam kamar sudah hadir Pak Amien Rais (Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasional), Pak Abdillah Toha (Ketua Fraksi PAN MPR RI).
Kami berlima masuk yakni GUS DUR (Ketua Umum PBNU/Ketua Dewan Syuro PKB dan Calon Presiden RI), Buya Syafi’i Ma’arif (Ketua Umum PP muhammadiyah), Alwi Shihab (Ketua DPP PKB), Yenny Wahid (Puteri GUS DUR) dan Andi Jamaro Dulung (Komandan BANSER ANSOR), saat Nadjamuddin Ramly memilih turun ke Lobby Hotel untuk tugas yang lain.
Dalam pertemuan yang sangat khusus itu. Pak Abdillah Toha melaporkan perkembangan peta suara di masing masing Fraksi MPR RI. Kesimpulanya menurut Abdillah Toha bahwa GUS DUR diprediksi menang minimal 50 Suara (kemudian terbukti menang dengan selisih 60 suara), dan saat itu pula sudah dibicarakan dan dibahas porsi Menteri dalam Kabinet, meskipun belum menyebut nama. Selebihnya kelakar jenaka ala GUS DUR dan Pak Amien Rais, sebelum Pak Amien Rais dan Sahabat Nadjamuddin Ramly dan rombongan menuju ke Kediaman Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (Presiden RI ke-3) di Kawasan Patra Kuningan Jakarta Selatan.
Jika dilihat dari komposisi peserta dan substansi pertemuan yang saya ikuti, saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
MUHAMMDIYAH mengantar GUDUR jadi Presiden Republik Indonesia yang ke-4.
Jakarta, 02 Juni 2020
Oleh: Andi Jamaro Dulung
(Mantan; Ketua GP Ansor, Ketua PBNU dan Anggota DPR RI)