opini

Gaduh Soal Corona, Orang Paham Bantu yang Tidak Paham. Bukan Celoteh Saja

Selasa, 7 April 2020 | 21:47 WIB
kepekaan sosial di masa virus corona


Ini kisah nyata, akibat Covid-19. Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor itu kampung prasejahtera alias miskin. Dan realitas hari ini, rumah saya yang kini dijadikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka ada di kampung itu. Jangankan ada wabah Covid-19 seperti sekarang. Hari-hari biasanya saja, warga di sana hidupnya susah. Maklum, tingkat pendidikannya 82% SD dan 9% SMP. Maka wajar, 72% mata pencaharian warga hanya peladang/pekebun/tukang suruhan. Jadi, kalau ada kerjaan atau panenan ya baru punya uang.


 


Ahh yang benar, miskin? Silakan disimak contoh ini. Sebut saja, tanah garapan 500m yang dijadikan kebun. Bila ditanam singkong paling dapat 220 pohon. Setelah 9 bulan dirawat, baru bisa panen. Katakanlah 1 pohon 2 kg. Maka totalnya 440 kg X Rp. 2.000 per kg (maklum di sana masih sistem tengkulak). Maka dapatlah uang Rp. 880.000 dan itu setelah 9 bulan. Bila itu dianggap gaji, silakan hitung per bulannya dapat berapa? Sangat mengenaskan dan itu lokasinya hanya 75km dari Jakarta, dari pusat bisnis dan ekonomi nasional yang megapolitan.


 


Di musim wabah Covid-19 ini, kemarin saya di WA salah satu RT di sana. Minta dibuatkan spanduk tentang bahaya Covid-19. Karena warganya “kurang paham”, tidak peduli terhadap wabah virus corona. Walaupun wilayahnya masih di “zona kuning”. Lalu hari ini, si RT WA lagi minta dibawakan masker. Karena pemprov Jabar udah mewajibkan warganya gunakan masker (https://news.detik.com/berita/d-4968479/pemprov-jabar-wajibkan-masyarakat-gunakan-masker-saat-keluar-rumah). Lalu mereka, beli pakai apa dan dimana? Alhamdulillah, saya posting di medsos dalam sejam. Dapat donasi 40 pcs + saya beli 6o pcs. Dan masih ada lagi kawan saya yang akan bantu kirimkan masker. Alhamdulillah lagi…


 


Hari ini juga, pemerintah sudah umumkan akan “beri bantuan tunai Rp. 600.000 per bulan ke keluarga miskin dalam 3 bulan”. (https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-beri-blt-rp-600000-per-keluarga-miskin-terdampak-corona-selama-3-bulan.html). Saya kirimkan beritanya. Karena kemarin, si RT pun lapor, “bahwa ekonomi di sana sudah sulit”. Maka saya hanya sarankan untuk koordinasi dengan pihak lurah dan mulai disiapkan data-nya. Agar bantuan BLT itu tidak “salah orang”. Orang miskin ya berhak terima bantuan, dikasih pertolongan. Sekalipun saya dekat sama lurahnya. Tapi realisasinya, saya belum tahu. Maklum, ngurusin orang se-RT saja susah, apalagi se-desa. Dan apalagi se-negara.


 


Salah satu warga di sana bilang. “Orang sini susah dibilangin, pak”. Faktanya memang begitu. Mereka gak tahu social distancing alias jaga jarak, tidak paham cuci tangan. Kesehatan itu hak prerogratif Tuhan, anggapan mereka. Bahkan disuruh pakai masker pun tidak punya. Maklum, bisa ketemu makan sehari-hari saja, sudah alhamdulillah. Boro-boro mengerti Covid-19 dan segala imbauannya. Jadi mau gimana lagi?


 


Jadi, apa yang saya mau bilang?


Saya hanya mau bilang. Waktu gak ada Covid-19 saja memang nyata ada warga kita yang susah. Apalagi ada Covid-19. Hidup mereka seperti “buah simalakama”. Gak peduli virus corona, nyawanya bisa terancam. Bila peduli pun, terus bisa dapat makan dari mana?


 


Saya bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa mereka. Tapi saya harus suarakan, hal-hal yang mereka gak mampu suarakan. Buat desa, camat, bupati maupun pemerintah. Dan buat masyarakat banyak. Untuk lebih fokus dalam membantu dan menjadikan keadaan lebih baik. Berikan solusi atau bantuan bagi yang membutuhkan. Bukan banyak celoteh tanpa berbuat apa-apa.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB