Klikanggaran.com - Dampak wabah virus corona akan segera menekan pertumbuhan ekonomi Asia Pacific yang pada awal tahun ini diproyeksikan sebagai wilayah tumbuh cepat dunia dengan growth 5 persen, tetapi dengan sistem ekonomi yang rapuh, terutama di kawasan RCEP (terdiri dari 16 Negara).
Kenapa? Karena Asia Pacific sebagai growing market untuk pertumbuhan ekonomi terbesar tahun ini dan tahun-tahun ke depan dimotori oleh industri pariwisata. Di mana out bond tourism Chinalah yang menjadi pasar penggeraknya. Valuasi dari industri pariwisata tahun 2018, di mana turis-turis China adalah pasar terbesarnya adalah USD 480 milyar dengan puncak masa travellingnya bulan-bulan Januari-Februari masa libur nasional Imlek ini.
Pertumbuhan market tourism dari China ini year on year adalah 8.4 persen dengan tujuan Asia Pacific, di mana negara tujuan favorit adalah: Australia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Tetapi, untuk tahun ini, saat di puncak masa travelling, otoritas China harus membatalkan semua perjalanan dari dan keluar China. Trip.com sebagai platform favorit masyarakat China untuk wisata, harus menyiapkan USD 200 juta untuk proses pembatalan perjalanan ini.
Otoritas Negara Thailand segera melakukan tindakan koordinasi lintas stakeholders terkait situasi pariwisata kini. Yep, negara ini sangat tergantung dengan industri pariwisata dan Chinalah menjadi pasar terbesarnya di segala segmen: middle up dan middle down, sehingga dipastikan Thailand akan mengalami pelambatan ekonomi yang cukup signifikan.
Selain itu, Jepang pun juga segera melakukan koordinasi. Terlebih adanya pagelaran akbar Olimpiade 2020 di mana rombongan atlet, official, dan supporter terbesar pasti dari China.
Yep, entah apa yang dipikirkan beberapa pihak yang mengaitkan hal ini dengan azab, teori konspirasi dan narasi-narasi yang sangat tendensius lainnya. Yang jelas, BLACK SWAN alias peristiwa besar mendadak dan berdampak berat pada ekonomi dan sosial-politik akan menghantam ekonomi negara-negara Asia Pacific yang saat ini, suka atau tidak suka, diakui atau tidak, tergantung pada China.
Windows opportunity sebenarnya ada untuk Indonesia. Terlebih, pariwisata yang menjadi kegiatan prioritas nasional untuk mesin pertumbuhan kita. Karena Indonesia tidak masuk tempat favorit wisata masyarakat China di Asia Pacific saat ini. Jadi dengan memahami konektifitas sejarah, misalnya, Industri Pariwisata Indonesia masih ada ruang untuk tumbuh. Ingat Macao, Canton, Nanjing, ada jejaknya di Kepulauan NTT. Ini hanya satu contoh wilayah di Indonesia saja.
Penulis: Arum Kusumaningtyas, pengamat masalah internasional dan kebijakan publik