Klikanggaran.com
Anda mungkin pernah mendengar sebuah pepatah "Seperti menolong Anjing terjepit" yang dapat diartikan sebuah ungkapan untuk orang yang tidak mengenal arti balas Budi.
Seorang filsuf berkebangsaan Yunani, Aristoteles mengungkapkan jika manusia itu dikodratkan untuk hidup bermasyarakat. Selain makhluk individu, manusia juga merupakan zoon politicon, yakni makhluk yang membutuhkan interaksi dengan makhluk lainnya.
Pentingnya untuk menjaga hubungan baik dengan manusia (Hablum minannas) merupakan sesuatu yang amat penting, bahkan Islam juga mengajarkan agar manusia senantiasa untuk menjaga tali silaturahmi antar sesama dan tidak menyukai manusia yang suka membuat onar dan kehancuran.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-nisa: 36).
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. [an-Nahl/16:128].
"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tak melihat-Nya, (yakinlah) bahwa Dia (Allah) menyaksikanmu. [HR al-Bukhâri dan Muslim]
Dalam interaksi sosial, manusia akan menemukan ragam sifat dan watak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ada banyak hal yang mendasarinya. Dan yang domain yakni, seperti tingkat pendidikan dan lingkungan.
Bak seperti menolong A****g terjepit
Sikap acuh dan cuek terhadap kondisi sosial dan ekonomi disekitar kita, adalah tindakan yang tidak mencerminkan suatu pribadi yang Islami. Karena Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya agar peduli terhadap sesama. Namun, kadang kala perbuatan baik seseorang tak dibalas dengan kebaikan pula, sehingga seringkali menimbulkan rasa kekecewaan yang dapat berakibat orang malas untuk berbuat baik selanjutnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” (Qs. Al Insyirah :8).
Dalam ayat di atas dapat diartikan dalam segala hal, hendaknya kita hanya berharap kepada Allah SWT. Dan tidak berharap kepada manusia. Karena manusia itu sering ingkar dan lupa diri. Jika kita berharap pada Allah, dia maha tau mana yang terbaik bagi hambanya. Atau bisa kita artikan berbuatlah sesuatu hanya dengan mengharap ridha Allah SWT.
Begitu juga sebaliknya pada pihak yang ditolong, hendaknya agar bisa tau diri. Berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita adalah perangai yang terpuji. Sifat tersebut mestinya dimiliki oleh orang Islam. Seperti sulitauladan dari Baginda Nabi Muhammad SAW agar kita berbuat baik kepadaada orang yang telah berbuat baik kepada kita.
"Barangsiapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia membalasnya. Apabila dia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya maka ia telah berterimakasih kepadanya namun jika menyembunyikannya berarti dia telah mengingkarinya (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, lihat Shahih al-Adab al-Mufrad no. 157).
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterimakasih kepada manusia.” (HR. Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari sahabat Abu Hurairah z, dan Abu Dawud dalam Sunan-nya).
*Artikel ini merupakan katagori opinion dihimpun dari berbagai sumber.
-