Keputusan politik di parlemen dan istana tak lagi merujuk kitab suci. Perdagangan internasional dan transaksi ekonomi tak lagi mendasar diri pada kitab suci. Inovasi dan penemuan di aneka bidang tak lagi dikerjakan dengan mengelaborasi kitab suci.
Ujar Yuval Noah Harari, narasi besar itu sebenarnya hanyalah imajinasi. Itu fiksi. Kini telah datang fajar bagi peradahan baru. Peradaban yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Dan ia juga memerlukan fiksi baru.
Fiksi dari Public policy dan ideologi modern menggantikan Fiksi dari kitab suci. Fiksi public policy dan ideologi modern berbasis pada otonomi individu dan kehebatan proses analisis manusia. Justu basis itu yang kini keropos. Robot dan aplikasi yang bersandaran artificial inteligence terbukti lebih akurat, lebih cepat, lebih kuat, juga lebih murah.
Teknologi baru juga akan membawa tata nilai yang baru. Paham nasionalisme lama, misalnya, tak lagi memadai. Isu global warming berasal dari rusaknya eko sistem tak bisa hanya ditangani oleh satu negara nasional. Isu yang berhubungan dengan internet dan dunia virtual juga melampaui otoritas negara nasional.
Telah datang zaman yang lebih mengglobal. Telah datang artificial inteligence yang mengalahkan akurasi dan kecepatan berpikir manusia.
Apa yang baik dan buruk memerlukan ukuran baru. Makna hidup memerlukan penjelasan baru. Fiksi baru sedang berproses untuk menggantikan fiksi aneka paham (ideologi, agama) yang kini dominan.
Sungguh sebuah berkah. Ialah hidup di zaman ketika peradaban sedang ditata ulang.
Agustus 2019, Catatan Perjalanan Denny JA