KLIKANGGARAN -- Saya seorang guru. Guru buat diri sendiri, dan guru bagi keluarga dan lingkungan. Tetapi saya terlalu sibuk mengejar nilai rapor, lupa menumbuhkan nilai diri dan Karakter. Mungkin itu salah satu awal dari rusaknya generasi.
Jagat raya kembali dihobohkan dengan kasus predatornya sang dokter. Memang bukan satunya-satunya kasus yang terjadi di negeri ini orang pintar tak bermoral. Dari mulai predatornya sang dokter, pejabat lulusan luar negeri korupsi triliunan, pengusaha selundupkan narkoba, anggota dewan tidur saat rapat, perselingkuhan pejabat juga tokoh agama menjual isi kitabnya. Bukankah mereka orang pintar? Tetapi ketika karakter dan fitrah diri tidak tumbuh dengan baik, ilmu Dan kepintarannya itulah yang tumbuh menjadi sebuah senjata bagi kejahatannya.
Menurut kamus besar KBBI, karakter memiliki arti sifat-sifat atau kejiwaan. Seperti tabiat, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain. Karakter itu ibarat benih, jika kita menginginkan pohon yang bagus dan kokoh maka kita harus menyiapkan benih yang baik dan berkualitas. Pembentukan karakter ini di ibaratkan sebuah pohon, kita akan melihat pohon yang kokoh dan tumbuh kembangnya subur karena benih dan perawatnya juga baik.
Baca Juga: Dampingi Kafilah STQH XXIII, Wakil Bupati Jeneponto Apresiasi Pelayanan Warga Desa Baloli Masamba
Syaikh Mustafa al- Ghalayaini, seorang punjangga Mesir, juga berkata ‘’Sesungguhnya di tangan para pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat’’. Menurut Prof. Rawwas Qal’ahji pemuda itu adalah kelompok manusia yang berusia antara 15 sampai 40 tahun. Pada masa ini manusia berada dalam puncak kekuatannya, setelah masa kanak-kanak, dan sebelum lemah lagi diusia tua.
Generasi muda itu kekuatan diantara dua kelemahan, masa kanak-kanak itu adalah masa kelemahan, lemah dari segi fisik dan juga kemampuan, kemudian setelah melewati masa kanak-kanak barulah memasuki masa muda. Generasi muda yang di maksud di sini adalah generasi muda dengan kekuatan.
Untuk itu sudah saatnya kita melakukan perubahan secara menyeluruh agar semua permasalahan di negeri ini bisa mendapatkan solusi tuntas. Mengganti sistem yang ada dengan sistem alternatif yang susah terbukti mampu melindungi generasi dari berbagai kerusakan.
Baca Juga: Raih Nilai Tertinggi, Akifah Izzah Maghfirah asal Lutra Tembus Final STQH Lomba Tilawah Anak-anak
Sudah saatnya kita berfikir sistem kenegaraan seperti apa yang mengantarkan manusia pada fitrahnya. Islam adalah agama juga ideologi, karena selain sebagai akidah, Islam juga memiliki aturan untuk menjamin keselamatan manusia dunia dan akhirat.
Islam menjadikan tolok ukur kebahagiaan bukan pada kepuasan jasad tapi keridaan Allah Swt. Pemimpin dalam Islam bertindak sebagai perisai yang melindungi rakyatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Atas dasar tersebut dalam segala hal pemimpin akan menjamin terciptanya generasi yang bertakwa. Pemimpin akan menciptakan suasana kondusif dalam sistem pendidikan dengan menjadikan pendidikan tauhid menjadi landasannya.
Penulis: Ahmad Efendi