KLIKANGGARAN -- Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Selain sebagai sarana komunikasi bahasa juga mencerminkan ciri khas atau budaya suatu bangsa. Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman bahasa yang sangat luar biasa,sayangnya banyak dari bahasa ini yang terancam punah karena generasi muda semakin jarang menggunakannya apalagi di era modern saat ini.
Bahasa adalah jendela budaya,dan ditangan generasi z atau yang sering kita sebut sebagai (gen z) bahasa kini menjadi tempat untuk mereka bereksplorasi tanpa batas.
Generasi z (Gen Z) telah membawa perubahan dalam berbagai aspek di kehidupan, termasuk dalam penggunaan bahasa dan cara berkomunikasi, gen z juga sering menciptakan atau menggabungkan istilah baru yang menggabungkan berbagai jenis bahasa, baik lokal maupun global.
Mereka memiliki cara unik dalam menggunakan bahasa, salah satu kata yang sering mereka ucapkan adalah “kocak”. Bahkan katanya mereka mengucapkan kata ini lebih dari 100 kali dalam sehari.
Kata “kocak” awalnya berasal dari bahasa indonesia dan memiliki arti “lucu” atau “menghibur”. Namun, ditangan gen z penggunaannya meluas karena sering kali di gabungkan dengan bahasa gaul lain seperti “kocak banget ngab” yang berarti “lucu banget bang”.
Penggunaan kata ini tidak hanya sekedar tren, tetapi mencerminkan gaya penggunaan bahasa pada generasi z yang penuh humor dan cepat beradaptasi dalam perkembangan zaman namun menjadi pertanyaan besar, apakah fenomena ini mendukung keragaman bahasa atau justru malah mengancam bahasa daerah dan bahasa daerah baku?
Fenomena ini sebagai bagian dari tren komunikasi seperti yang populer dikalangan gen z, memiliki dua sudut pandang dalam kaitannya dengan keragaman bahasa yaitu berpotensi sebagai pendukung keragaman atau malah kemungkinan bisa mengancam keragaman bahasa tradisional.
Jika kita lihat fenomena tren ini dari sisi sebagai pendukung keragaman bahasa, kita akan melihat dari tren ini bahwa kreativitas gen z dalam berbahasa karena gen z sering kali menciptakan istilah baru yang kreatif, yang tidak hanya menyegarkan bahasa tetapi juga memperkaya kosakata informal.
Selain itu kita juga bisa melihat dari tren ini bahwa gen z juga memadukan beragam elemen bahasa karena dari tren ini menunjukan bahwa adanya adaptasi bahasa dari berbagai sumber, seperti bahasa daerah,slang,internasional, atau bahkan bahasa asing. Ini mencerminkan bagaimana bahasa terus berkembang mengikuti zaman.
Selanjutnya jika kita melihat fenomena ini dari sisi yang mungkin bisa mengancam keragaman bahasa tradisional dan bahasa baku, kita akan melihat melemahnya penggunaan bahasa daerah karena generasi muda yang lebih sering menggunakan kata-kata slang nasional atau global dapat mengabaikan atau bahkan melupakan bahasa ibu mereka, sehingga bahasa daerah semakin terpinggirkan.
Kemudian kita juga bisa melihat dan menyadari bahwa merosotnya bahasa indonesia baku karena gaya komunikasi generasi z yang cenderung informal dan penuh singkatan bisa saja mengurangi perhatian terhadap tata bahasa yang baik dan benar, berpotensi menurunkan kemampuan literasi baku.
Jika melihat “Gen z syndrome” sebagai ancaman untuk keragaman bahasa, kita seharusnya melihatnya sebagai peluang untuk merangkul para generasi muda dalam upaya melestarikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Dengan cara ini, keragaman bahasa tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi bagian dari integritas modern yang tetap relevan, hidup, dan tentu saja “kocak banget”
Mari kita bersama-sama mendukung penggunaan bahasa yang tidak hanya mengikuti trend, tetapi menjadikannya sebagai kreativitas untuk melestarikan keragaman bahasa Indonesia, bukan sebagai penghalang yang mengabaikan
Penulis : Cindy Putri Maulidya (Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pamulang)