opini

Benarkah Bahasa Slang Merusak Identitas Bangsa?

Rabu, 18 Desember 2024 | 13:47 WIB
Ilustrasi (Istimewa)

KLIKANGGARAN -- Bahasa merupakan salah satu identitas suatu bangsa sekaligus alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Setiap negara memiliki bahasa yang khas dan mencerminkan budaya serta karakter masyarakatnya. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui asal-usul seseorang.

Di Indonesia, terdapat beragam suku bangsa, dan setiap suku memiliki bahasa daerahnya masing-masing, seperti bahasa Jawa, Sunda, Ambon, Minahasa, Minangkabau, dan masih banyak lagi. Keanekaragaman bahasa daerah ini mencerminkan kekayaan budaya dan identitas nasional Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan..

Selain bahasa Nasional dan bahasa daerah, seperti halnya negara lain, Indonesia juga memiliki kata "slang" atau biasa disebut bahasa gaul. Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bahasa slang adalah ragam bahasa tidak resmi atau tidak baku yang sifatnya musiman. Biasanya bahasa slang ini digunakan oleh beberapa kelompok untuk berkomunikasi secara informal.

“Eh, ada cafe baru loh di daerah kampus gua, nongki sabi kali nih.” “skuyy lah gasken”. Kalimat tersebut adalah contoh dari bahasa gaul yang sering digunakan, terdengar keren dan kekinian kan? Ketika kalimat tersebut diganti dengan menggunakan bahasa baku yang terjadi seperti ini “saya baru mengetahui ada cafe baru di sekitar kampus. Ayo kita kesana” “ayo” sangat berbeda kan, kalimat yang kedua ini terdengar seperti datar dan kurang ekspresi, berbeda dengan kalimat yang pertama terdengar penuh ekspresi dan berenergi.

Di balik tenarnya bahasa gaul, terkadang sedikit berlebihan dalam penggunaannya, ada beberapa kasus seorang anak kecil berbicara dengan menggunakan bahasa gaul kepada seseorang yang umurnya jauh lebih tua darinya. sebenarnya sah - sah saja menggunakan bahasa gaul, tetapi perhatikan situasi, siapa, dan kapan kita bisa mengaplikasikan bahasa gaul tersebut. Contoh dari penggunaan bahasa gaul yang tepat dengan teman sebaya dan teman yang sudah akrab.

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemuda Indonesia agar tidak krisis identitas? Dengan meningkatkan kesadaran bahwa bahasa adalah bagian dari identitas suatu bangsa, dengan mempelajari dan mengetahui bahasa yang baik dan benar sedikitnya bisa mengurangi krisis identitas di negeri tercinta ini.

Setelah mempelajari dan mengetahui bahasa yang baik dan benar tidak lupa juga untuk menerapkannya di kehidupan sehari - hari, dengan demikian dapat membangun karakter yang baik dan profesional di hadapan yang lebih tua, dosen, dan atasan. Akibatnya dapat memberikan contoh bagi generasi yang lebih muda untuk ikut serta menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Slang itu buruk. Itulah stigma yang akan timbul jika slang tidak tepat dalam menerapkannya, jangan sampai keragaman bahasa ini berdampak negatif karena kesalahan dari seseorang yang tidak tahu batasan dalam menggunakannya.

Dampaknya mungkin tidak akan terasa, akan tetapi jika terus dibiarkan generasi muda akan kesulitan berkomunikasi dengan baik, dapat dibayangkan jika para penerus generasi tidak diberikan perhatian tentang bahasa yang baik dan benar, bagaimana jadinya Indonesia kedepannya? Sudah banyak negara yang krisis identitas yang disebabkan pengaruh budaya luar dan slang yang mereka gunakan.

Sebagai penerus bangsa, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk melestarikan budaya, dengan banyaknya budaya asing yang masuk, hal tersebut menjadi tantangan bersama agar budaya yang ada di negeri tercinta ini tetap lestari. Dengan demikian keragaman bahasa bisa terjaga dan yang pastinya tetap gaul.

Penulis: Diva Chandra (Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pamulang)

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB