Sekolah Dibuka di Zona Kuning: FSGI Dorong Perpanjang Pembelajaran Jarak Jauh (Pjj) dengan Perbaikan-Perbaikan

photo author
- Senin, 10 Agustus 2020 | 08:33 WIB
5bfa5834249ec-wakil-sekretaris-jenderal-fsgi-satriwan-salim_665_374
5bfa5834249ec-wakil-sekretaris-jenderal-fsgi-satriwan-salim_665_374




Sifat SKB 4 Menteri yang baru ini, juga memberikan kewenangan pada daerah dan sekolah (termasuk Komite Sekolah) untuk membuka sekolah di zona kuning. Keputusan ini justru akan membuat daerah dan sekolah berbeda-beda nanti dalam praktiknya.





Kemudian Satriwan melanjutkan, ditinjau dari efektivitas pembelajaran siswa tatap muka di sekolah zona kuning juga tak menjamin. Sebab pembelajaran dibatasi 4 jam/hari; kantin sekolah dilarang buka; kegiatan ekstrakurikuler dilarang; kegiatan olahraga dilarang; siswa dilarang berkumpul dengan kelas lain; kegiatan kesiswaan OSIS, MPK, dll dilarang; siswa hanya berinteraksi terbatas di kelas sendiri. Jadi sebenarnya psikososial siswa juga sangat dibatasi walau tatap muka. Karena kegiatan kesiswaan semuanya dilarang. Padahal yang diidam-idamkan oleh anak untuk masuk sekolah adalah kegiatan sekolah yang banyak tadi, berkumpul ramai-ramai, nah sekarang justru semua itu dilarang. Artinya pembelajaran di sekolah juga tak akan efektif, demikian pungkasnya.





Heru melanjutkan, bagi FSGI opsi memperpanjang PJJ/BDR (dengan perbaikan-perbaikan) adalah pilihan terbaik saat ini. Ketimbang anak masuk sekolah di zona kuning (dan hijau), tetapi akan mengancam kesehatan dan nyawanya. Dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga tak akan optimal pelaksanaannya.





FSGI berharap kepada orang tua siswa, akan kelapangan dan kesabaran hati dalam mendampingi anak selama PJJ/BDR. Komunikasi yang intensif antara guru, wali kelas, dan orang tua adalah kunci kebaikan selama PJJ/BDR bagi anak.





Heru juga meminta agar SKB 4 menteri yang baru ini benar-benar diawasi pelaksanaannya. Kemdikbud dan Kemenag harus memverifikasi langsung ke sekolah/madrasah terkait pengisian Daftar Cek Protokol Kesehatan yang diisi sekolah. Jangan sampai sekolah tak jujur mengisi. Harus dikroscek betul apakah sekolah/madrasah sudah betul-betul siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Jangan hanya sekedar mengisi kuesioner secara formalitas, lantas tanpa turun langsung ke sekolah/madrasah. Karena ini akan berbahaya bagi anak dan guru.


Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X