Ini kita akan gerakkan betul dan kita ajukan kepada bapak presiden, supaya lahan itu dedicated, tidak boleh berubah fungsi. Tidak boleh jadi perumahan, tidak boleh dibagi. Pokoknya lahannya dedicated untuk riset tanaman ketahanan pangan.
Nah untuk itu, siapa yang bertanggung jawab mengerjakan ini. Ya sudah Kementerian Pertahanan, supaya terjaga dia. Ini kan bagian dari kedaulatan pangan, maka dibuat itu.
Nanti turunannya banyak. Kenapa kita fokus sama singkong, nanti mocafnya bisa jadi beras, bisa jadi makanan, tapi bagian lainnya, tapiokanya bisa untuk industri. Mau industri farmasi segala macem.
Hitungan saya kalau tahun ini kita bisa lakukan pembukaan lahannya, kemudian tahun depan itu sudah bisa mulai tanam. Maka tahun 2022 itu kita sudah mulai panen. Nah pada saat panen itu industri hilirnya itu sudah kita siapkan.
Jadi kira-kira ini membutuhkan waktu tiga tahun?
Jadi kalau lahan-lahan ini bisa beres dua tiga bulan ke depan ini maka langsung kita gerakkan di Oktober-November katakan dan mungkin garapnya pasti bertahap. Tapi kalau kita mau masif melibatkan tenaga kerja banyak, itu kan bagus juga, itu mestinya 2021 sudah nursery atau pembibitan. 2022 sudah panen. Tapi 2021 kita sudah membangun pabriknya. Jadi paralel. Karena singkong ini dua hari begitu dicabut sudah mesti diproses.
Berapa potensi panen nantinya?
Hitungan kita pokoknya satu juta hektare itu 25 juta ton atau 25 ton per ha. Tapi dia bisa mencapai 40 ton per ha, bisa sampai 80 ton per ha. Jenis singkongnya macam-macam. Ada profesor singkong yang kita turunkan.
Sudah disiapkan?
Kita siapkan, terserah kalau nanti swasta mau terlibat boleh. Tapi kalau nggak ya kita siapkan. Itu cuma butuh Rp 68 triliun. Kita ajukan kepada pak Presiden, terbitkan bond lokal saja. Toh nanti hasilnya dollar.
Lantas bagaimana peran Kementerian Pertahanan? Apakah benar tentara akan dilibatkan dalam proyek ini?
Tentara dilibatkan untuk bekerja. Bekerja dan menjaga. Kan dia memang defense. Kalau PUPR kita libatkan untuk membangun infrastrukturnya. Bapak PUPR (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono) sudah siap mendukungnya. Off taker-nya BUMN juga kita kasih. BUMN mau nggak jadi off taker? Kalau nggak mau kita bisa jual, banyak yang mau. Jepang aja banyak mocaf mau diambil kalau sudah ada. Yang penting jadikan dulu.
Selain singkong, apakah ada tanaman lain yang akan dikembangkan dalam lumbung pangan yang ditangani Kemenhan? Bagaimana dengan beras?
Beras kan memang sudah eksis ya. Kayak di pulau Jawa itu kan waktunya 350 tahun, maka tanahnya pH naik, sudah luar biasa. Di lahan gambut kemarin itu pH nya masih rendah, tingkat keasamannya tinggi. Tapi beberapa ribu hektare yang sudah ditanamkan pada saat transmigrasi, pH nya sudah ada yang bagus juga. Kan ditempati 30 tahun.
Kalau singkong, enggak ada urusan. Di mana aja jadi. Itu jadi pilihan. Tapi intinya dia kan kelompok kering.
Terobosan kayak gini kalau buat saya harus di setiap kementerian harus membangun suatu kompetensi unggulan. Kalau kita memang terkait. Kalau Kementerian Pertanian kita akan libatkan, konsepnya di kalau di Kementerian Pertanian harusnya dia riset soal bibit. Lalu soal pengolahan tanah, soal pemupukan segala macam, alat produksi harusnya di situ. Kita akan minta Kementerian Pertanian untuk support itu.
Tapi konteksnya Kementerian Pertahanan bukan kita ngambil begitu. Kita lebih kepada menyiapkan suatu lahan dalam jumlah tertentu yang itu menjadi riset nasional. Jadi riset ketahanan selain yang masyarakat sudah ada seperti padi dan lain sebagainya.
Kalau di Kalimantan Tengah berapa potensi lahan ada tersedia?
Ada enam blok. Ada yang 160 ribu ha, ada yang 200 ribu ha, ada yang 140 ribu ha. Totalnya kurang lebih sekitar 800 ribu ha.
Lahan ini bekas PLG?
Enggak dong, di luar. Kalau gambut gak bisa.