Menko Zulhas Soroti Potensi Ekonomi Rp86 Triliun dari Program MBG, Tekankan Semua Bahan Pangan Harus dari Dalam Negeri

“Kita ingin semua bahan dari dalam negeri, tapi pasokannya harus siap. Jangan sampai harga naik tinggi,” ujarnya.

Dorong Investasi SDM Melalui MBG

Lebih jauh, Zulhas menekankan bahwa MBG adalah bentuk investasi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia Indonesia.

Dengan memastikan anak-anak dan ibu hamil mendapat asupan gizi yang baik, program ini diharapkan dapat melahirkan generasi yang lebih sehat, produktif, dan cerdas.

“Kalau ini berhasil, hasilnya baru akan terlihat dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan,” ujar Zulhas.

Baca Juga: Hasan Nasbi Bandingkan Program Makan Bergizi Gratis Program Prabowo dengan PMTAS di Era Soeharto, Ceritakan Pengalamannya Saat SD

LPEM FEB UI: Belajar dari Model Brasil

Pandangan serupa datang dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).

Dalam unggahan resmi di akun Instagram @lpemfebui, Jumat (31/10/2025), lembaga tersebut menyoroti model Brasil yang dinilai sukses mengintegrasikan program makan sekolah dengan penguatan ekonomi lokal.

“Sekitar 30 persen total anggaran PNAE wajib digunakan untuk membeli bahan pangan langsung dari petani keluarga atau lokal. Ini langkah nyata menuju ketahanan pangan dan keberlanjutan,” tulis LPEM FEB UI.

Lembaga itu menjelaskan bahwa sistem di Brasil tidak hanya memastikan pasokan bahan segar, tetapi juga memperkuat perekonomian masyarakat desa.

Baca Juga: Ciptakan Generasi Visioner dan Berakhlak Mulia, DDI Masamba Gelar Latihan Dasar Kepemimpinan

Praktik Negara Lain dan Pelajaran untuk Indonesia

Selain Brasil, LPEM FEB UI menyoroti negara lain seperti Thailand, Kamboja, Laos, Amerika Serikat, dan Jepang, yang juga menjalankan program makan sekolah dengan karakteristik berbeda.

Beberapa negara fokus pada bahan pangan segar, ada yang membangun dapur sekolah, dan sebagian lain bekerja sama dengan penyedia jasa masak profesional.