Konon ada sebuah istana terletak di tebing sebuah sungai besar. Raja pemilik istana itu mempunyai tujuh orang putri. Baginda Raja amat sayang kepada Putri Bungsu.
Putri Bungsu memiliki tetangga. Di tebing sebelah istana ada sebuah pondok buruk. Penghuninya seorang perempuan setengah umur. Kerjanya bertani.
Melihat Putri Bungsu, perempuan itu sangat menginginkan seorang anak. Pada suatu hari, dia minum air di sebuah tempurung. Selepas itu dia mengandung, lalu melahirkan seekor beruk. Maka Ia dinamakan anaknya itu Beruk Tunggal.
Baca Juga: Bisik-Bisik di Bawah Selimut
Setelah besar, Beruk Tunggal menolong ibunya bertani. Tahun itu padi tumbuh subur, tetapi sayangnya diserang tikus. Beruk Tunggal menangkap semua tikus yang menyerang padinya. Kemudian dia mencari Raja Tikus. Ketika bertemu, Raja Tikus itu diberi amaran (tugas). Raja Tikus ketakutan karena ia tahu bahwa Beruk Tunggal adalah jelmaan seorang anak raja kayangan.
“Hamba tidak tahu huma ini milik Tuanku,” kata Raja Tikus.
“Padiku sudah habis. Apakah tindakan kamu?” tanya Beruk Tunggal.
“Hamba akan suruh rakyat hamba mengumpulkan butir emas,” kata Raja Tikus.
“Baiklah, aku terima pemberian itu,” kata Beruk Tunggal.
Baca Juga: Tips Sehat dan Tak Perlu Repot Mencuci! Beras Ini Sepertinya Layak Dikonsumsi di Masa Pandemi
Tak lama kemudian seluruh warga tikus datang membawa butir emas. Maka menjadi banyaklah emas di pondok Beruk Tunggal.
Beruk Tunggal meminta emaknya untuk meminang putri raja. Emaknya pun pergi ke istana. Raja terkejut mendengar permohonan perempuan itu, namun menyampaikan juga permohonan itu kepada tujuh orang putrinya.
“Menikah dengan beruk?” tanya Putri Sulung keheranan.
Putri yang lain tak kalah keheranan, hanya Putri Bungsu yang bersikap sopan dan bersedia menjadi isteri Beruk Tunggal.
Artikel Terkait
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat