Baca Juga: Viral Roti AOKA Rasa Susu Nabila, Warganet 1 Detik Paham, Trending di Twitter
Kami semua kebingungan, tetangga bersama-sama membaca doa-doa untuk Besari. Wajahnya yang cantik menjadi menyeramkan dengan seringai aneh. Karma tersenyum sinis menatap saya. Seluruh bulu di tangan dan kaki saya meremang.
Ada rasa khawatir dan ngeri melihat kondisi Besari. Dengan tubuh gemetar saya beranikan diri mendekati dia. Saya pegang kedua pipinya, saya tatap matanya sambil memanggil namanya. Tiba-tiba terlintas Surat An-Naas dan Al-Falag.
Bergantian saya baca berulang-ulang kedua surat itu sambil terus menatap mata Besari. Semua yang ada di ruangan itu pun mengikuti saya, kecuali Karma. Masya Allah! Beberapa waktu kemudian perlahan tubuh Besari melemas. Tatapan matanya pun perlahan normal kembali.
Bagaimana dengan tubuh saya, Sobat Klik? Tentu tak kalah lemas, terhuyung berjalan pulang, meninggalkan rumah Besari yang masih ramai. Apakah selesai sampai di situ? Saya kira demikian, tapi ternyata tidak!
Selama sekitar satu minggu saya sudah lupa dengan peristiwa itu. Pekerjaan dan tugas-tugas dari Mister Bos menyelamatkan saya dari mengingatnya. Sampai satu hari Besari muncul di depan pinru rumah saya bersama seorang teman, sebut saja Mira.
Baca Juga: Dukung UMKM di daerah, Kementerian Investasi Fasilitasi Kemitraan Senilai Rp 143,84 Miliar
Bukan ingatan akan peristiwa di rumah Besari yang membuat saya sedemikian kaget. Besari datang dengan perut besar, bulat seperti balon, matanya cekung. Dia menangis sesenggukan sambil memeluk saya.
Setelah saya ajak duduk di ruang tamu, Mira bercerita. Usai peristiwa di malam ulang tahun itu, Karma mengajak Besari ke satu kota yang tidak bisa saya tuliskan di sini. Menurut Mira, mereka datang ke rumah guru Karma untuk mengobati Besari. Ketika saya tanya Besari sakit apa, keduanya hanya menggeleng.
Saya baru teringat, satu hari setelah peristiwa ulang tahun itu Besari menelpon saya. Dia minta pendapat, apakah sebaiknya menolak atau mengikuti ajakan Karma untuk pergi berobat ke kota itu. Waktu saya hanya mengatakan, kalau sakit ya ke dokter. Rupanya Besari memutuskan menerima ajakan Karma.
Baca Juga: Dukung Perkembangan UMKM, CSR BUMN Luncurkan Pendanaan Usaha
“Karma yang bilang Besari sakit aneh dan perlu diobati orang pinter,” kata Mira.
“Trus?” tanya saya dengan sangat penasaran.
“Kami menginap dua hari di sana. Hari ketiga gue nggak tahan, gue paksa Besari pulang.”
“Nggak tahan kenapa?” tanya saya lagi.
Artikel Terkait
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Tiga
Cerita Mistis Makam Keramat Murid Pangeran Diponegoro di Sleman
Cerita Mistis di Parangkusumo, Kisah Para Pengabdi Ratu Pantai Selatan
Cerita Mistis di Balik Gedung Tinggi, Siksaan Pasang Susuk dan Terkena Santet
Cerita Mistis dari Dieng, Suara Denting Sendok dan Cangkir