Lantas, bagaimana bahagia bisa tercipta? Siapa atau apa yang bisa membantu diri untuk meraih bahagia? Untuk pertanyaan ini, para sahabat kompak menjawab, “Diri sendiri.”
Begitulah adanya. Yang paham sampai mana batas dukacita adalah diri sendiri. Pun, dengan sukacita, hanya diri sendiri yang paham titik mulanya. Faktor luar jelas ikut membantu, tetapi tetap kita yang sendiri yang menentukan pilihan. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengandalkan orang lain untuk membuat diri bahagia.
Kita punya uang, ada kendaraan untuk bepergian, cuaca cerah, dan toko es krim langganan sudah buka sejak satu jam lalu. Lalu, kita memutuskan untuk pergi. Maka, tidak sampai satu jam berikutnya, semangkuk es krim cokelat favorit sudah ada di hadapan kita. Begitu mudahnya kebahagiaan tercapai.
Sekarang, bayangkan jika salah satu faktor tadi dihilangkan. Misalnya saja ternyata tokonya baru buka sore hari. Lalu, orang lain menyarankan kita mencoba toko es krim lain. Rasa es krimnya memang kurang lebih sama, tetapi percayalah, ada sesuatu yang berbeda. Lantas, apakah itu bisa dikatakan kita kehilangan kebahagiaan untuk menikmati es krim cokelat? Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Kebahagiaan akan hadir jika momennya tepat. Kita bisa saja memaksakan momen hadir lebih awal, tetapi apa yang kita terima bukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kita hanya berpura-pura bahagia demi memuaskan ego.
Baca Juga: Peristiwa Bersejarah, Film pertama Berbahasa Sunda Masuk Nominasi Film Terbaik Dunia.
Ya, seperti contoh es krim cokelat tadi. Kita berpura-pura sudah puas dengan es krim cokelat dari toko lain hanya karena kita merasa siang hari adalah waktu yang tepat untuk makan menikmati es krim. Padahal, es krim cokelat dari toko langganan bisa dinikmati kapan pun, bahkan di malam-malam dingin dengan hujan badai.
Ini membawa kita pada pertanyaan berikutnya. Apa respons kita jika melihat orang lain senang makan es krim di malam hari berhujan badai? Well, itu bergantung kepada seberapa besar level empati dan penerimaan kita terhadap segala hal yang terjadi.
Sebagian besar orang mungkin akan menganggap makan es krim di malam berhujan badai adalah sesuatu yang aneh dan absurd. Bisa jadi karena memang belum pernah mengalaminya. Bisa jadi juga pernah mengalami, tetapi kondisi tersebut ternyata tidak cocok dengan tubuh dan pikirannya, bahkan mengakibatkan demam, misalnya.
Contoh lain yang saya pakai dalam survei adalah seseorang yang bahagia ketika menerobos lampu merah dan sukses selamat sampai ke seberang. Sebagian sahabat berpendapat mereka tidak peduli dengan hal itu, asalkan si penerobos tidak merugikan orang lain.
Baca Juga: Presiden FIFA Gianni Infantino Bertemu para Pemain Liga Premier Inggris, Apa yang Dibicarakan?
Pendapat ini agak rancu sebenarnya. Sesaat setelah ia membuat keputusan untuk menerobos lampu merah, sebenarnya ia sudah merugikan orang lain. Akan tetapi, kembali lagi pada fakta bahwa jika seseorang tidak bisa mengintervensi standar bahagia kita, berlaku pula sebaliknya. Kita tidak bisa memaksakan ukuran baju kita kepada orang lain.
Perlu diingat bahwa sesuatu terjadi karena satu atau banyak alasan. Siapa yang tahu bahwa ia menerobos lampu merah agar bisa cepat-cepat sampai UGD? Lepas menerobos lampu merah, bahagia itu bisa langsung lenyap, berganti kekhawatiran lain.
Maka, tidak ada kebahagiaan yang abadi. Ia hanya terjadi saat itu, kemudian kembali lenyap, memberi waktu kepada dukacita untuk hadir, hingga nanti pada masa yang presisi, bahagia kembali muncul. Tampak rumit, sekaligus sederhana. Sebab, intinya adalah keseimbangan.
Artikel Terkait
Kata 'Gen Z' Kini Ramai Diperbincangkan Warganet, Mahluk Apa Sih Sebenarnya?
Setelah Diduga Syiah, Habib Kribo Kini Dituntut Minta Maaf karena Dianggap Hina Arab
NFT Ghozali Everyday Menampilkan Foto-foto Selfinya Ternyata Laku Hingga Mencapai Miliaran, Kok Bisa?
Tagar dengan Kata 'Tangkap' Marak dan Trending di Twitter, Netizen: Wadduh!
Habib Kribo Disangka Menghina Arab, Simak Klarifikasi Lengkapnya di Sini!
Inilah Enam Tanda Tubuh Anda Perlu Didetoks dan Cara Mendetoks Tubuh Menurut Zaidul Akbar, Mudah dan Murah
Viral Gus Arya Menantang Allah: Mana Tuhanmu, Tunjukkan!
Cara Membayar Salat dan Puasa Wajib yang Tertinggal dan Tidak Terhitung Jumlahnya? Muslim Hijrah Harus Simak
Inilah Daftar 15 Negara Berpenduduk Terlelah Di dunia, Singapura Urutan 1, Indonesia Nomor Berapa?
Kata 'Keluar' Trending di Twitter, Bagaimana Cara Menulisnya, Dipisah atau Disambung?