Bisakah Manusia Bahagia Tanpa Susah Payah?

- Jumat, 21 Januari 2022 | 11:00 WIB
ilustrasi (Sekar_Mayang)
ilustrasi (Sekar_Mayang)

KLIKANGGARAN---Semua bermula ketika membaca buku Sagra karangan Oka Rusmini. Di sana ada paragraf yang berbunyi, “Siapa yang bisa mengukur kedalaman kebahagiaan seseorang? Apa kebahagiaan itu punya kapasitas? Punya bentuk? Atau ada standarnya?” Saya langsung mengambil bolpoin, menandai paragraf itu dengan garis panjang. Sungguh, perihal bahagia ini tiba-tiba saja mengajak otak saya berdansa.

Apa pasal? Oh, bukan apa-apa. Itu hanya gara-gara terlampau sering makan bubur encer bercampur sayur, mereka dicap tidak bahagia. Itu hanya gara-gara tidak punya penghasilan tetap tiap bulannya, mereka dicap tidak bahagia. Bahkan, itu hanya karena mereka adalah penulis, orang-orang kerap bertanya, “Apa kamu bahagia dengan semua ini?”

Ah, otak saya betul-betul berdansa. Bergerak liar dengan sendirinya. Melompat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, persis dengan yang tertulis di paragraf itu. Betapa satu cerita pendek berjudul Esensi Nobelia dapat membuat oleng pemahaman saya tentang bahagia dan kebahagiaan. Sampai-sampai saya harus membuat survei kecil-kecilan di dinding media sosial.

Jadi, apa definisi bahagia itu? Apakah ia harus selalu dikaitkan dengan yang tampak mata? Harta, misalnya. Rumah, mobil, furnitur mewah, pakaian bermerek, atau makanan dengan harga selangit? Bagaimana dengan orang-orang yang memang tidak memiliki faktor X yang berperan memudahkan segala urusan?

Baca Juga: VIDEO: Tabrakan Beruntun di Balik Papan, Truk Tronton Blong!

Mari kita tengok apa yang dikatakan kamus tentang bahagia.

Lema bahagia berakar dari bahasa Sanskerta, yaitu ‘bhāgya’ yang berarti bahagia, beruntung. Sementara KBBI sendiri memaknai bahagia dengan keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); beruntung; berbahagia. (KBBI Daring, diakses 21 Januari 2022)

Jadi, untuk merasa bahagia, kita harus dalam kondisi senang, tenteram, bebas dari segala yang menyusahkan. Nah, senang yang bagaimana? Sejak awal kita paham bahwa standar senang, tenteram, dan bebas dari kesusahan bisa amat berbeda untuk tiap individu.

Ada yang bahagia hanya dengan makan tempe bacem sementara penghasilannya sangat memungkinkan ia makan olahan daging sapi tiap hari. Ada yang senang bisa berlibur ke pantai yang jaraknya hanya lima kilometer dari rumah, sementara tabungannya cukup untuk plesiran ke Eropa dua kali dalam setahun. Atau, seperti dalam Esensi Nobelia, mereka bahagia hanya dengan menulis (baca: menjadi penulis), padahal kualifikasi mereka memungkinkan untuk mendapat pekerjaan berpenghasilan tetap dengan nominal besar. Akan tetapi, pilihan-pilihan telah ditetapkan.

Iya, pilihan-pilihan itu dibuat bukan berdasarkan omongan orang lain. Dalam satu-dua kasus, mungkin iya. Namun, sejatinya, mengikuti saran orang lain pun dapat dihitung sebagai sebuah pilihan.

Baca Juga: Petugas Imigrasi Diingatkan Menhunkam Cegah PMI Ilegal Tidak Membludak

Beberapa sahabat yang mengisi survei berpendapat bahwa bahagia adalah kondisi tanpa beban, perasaan lega tanpa harus memikirkan kerumitan segala hal, serta hidup tanpa takut apa pun.

Bahagia bisa membeli buku tebal nan mahal tanpa pusing memikirkan besok bisa makan atau tidak. Bahagia bisa membeli motor keluaran tahun 2005 di saat dompet sebenarnya bisa mendapat motor merek Italia. Bahagia bisa mengudap gorengan tanpa takut kolesterol merangkak naik. Bahagia menjalin hubungan dengan orang yang tidak rupawan, tetapi mampu membuat hati tenang dan tersenyum tiap saat.

Jika contoh-contoh tersebut disodorkan ke tiap individu di muka bumi ini, apakah jawaban mereka akan sama? Tentu saja tidak. Sebagian besar mungkin tetap memilih Vespa ketimbang Supra Fit, meskipun sisa uang makan hanya cukup untuk seminggu ke depan. Toh itu bukan masalah jika yang bersangkutan tidak merasa terbebani.

Halaman:

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cara Ampuh Merebus Ayam agar Empuk dan Tidak Bau Amis

Jumat, 3 Februari 2023 | 15:55 WIB

Malam Jumat dan Ritual Mistis si Orang Pintar

Kamis, 22 Desember 2022 | 21:01 WIB
X