KLIKANGGARAN--Ini mungkin tema usang. Mungkin sudah jutaan artikel membahasnya, jutaan acara bincang-bincang menjadikannya topik. Akan tetapi, para pegiat literasi seolah-olah tidak memiliki kata bosan untuk kembali menggaungkan ajakan membaca.
Baca adalah (meng)eja. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; memperhitungkan; memahami (KBBI daring, diakses 27 Oktober 2021).
Betul sekali. Membaca tidak hanya membunyikan simbol-simbol berupa huruf atau angka. Ia adalah kegiatan memaknai sebuah bacaan, membawa sebuah pemahaman ke dalam pikiran.
Baca Juga: Penggeledahan di Kuansing, KPK Temukan Berbagai Dokumen Yang Diduga Terkait Rekomendasi AP
Ada kasus (jika tidak ingin menyebut banyak) seseorang tidak bisa memahami sebuah pertanyaan, padahal kalimatnya sederhana dan tidak memakai diksi tak lumrah. Seringnya, ini terjadi pada anak sekolah yang sulit memahami soal cerita dalam pelajaran Matematika.
Mengapa bisa begitu? Padahal, setelah disimak baik-baik, itu hanya soal penjumlahan atau perkalian, tetapi si anak seolah-olah sedang menghadapi persamaan diferensial bertingkat banyak.
Bisa jadi, hal itu karena si anak tidak memahami maksud dari soalan tersebut. Anak jelas bisa membaca. Lancar, tidak tersendat. Akan tetapi, rangkaian huruf-huruf itu hanya sampai pada pembunyian, belum sampai ke tahap pemaknaan.
Baca Juga: Wujudkan SIM-P, Bawaslu Jakarta Barat Menggelar Pembinaan SDM Pengawasan dan Sekretariat
Ini PR berat untuk orang tua dan guru di sekolah. Ketika seharusnya sudah berpindah ke bahasan selanjutnya, anak masih jalan di tempat.
Jika dirunut ke belakang lagi, berdasar banyak penelitian, ketidaksanggupan untuk memaknai hadir karena cara pengenalan aktivitas membaca yang kurang tepat. Anak diajari mengeja, tetapi tidak diberi pemahaman apa yang sedang ia eja.
Diajari membaca ‘jeruk’, tetapi tidak diberi tahu bahwa jeruk adalah nama buah yang bentuknya bulat, warnanya hijau atau oranye, dan rasanya bisa asam atau manis.
Baca Juga: Kejagung Selidiki Kemungkinan Aliran Uang Alex Noerdin ke Partai Golkar
Diajari membaca ‘mobil’, tetapi tidak dibarengi pengertian bahwa mobil adalah alat transportasi bermesin yang memiliki beragam ukuran dan jenis, bisa membawa orang atau barang dari satu titik ke titik lainnya.
Diajari membaca ‘seks’, tetapi tidak dibarengi dengan segambreng pemahaman bahwa seks tidak sekadar kegiatan mencelup tongkat pusaka dan membuang hajat.
Artikel Terkait
Kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, 'Disulap' dari Kumuh hingga Instagramable! Keren!
Kopi Turki, Bisa Dipakai untuk Meramal Lho
Mazagran: Kopi Es Aljazair, Nikmatnya Hanya Bisa Dirasakan
Di Surga Itu Bersama Orang-Orang Tercinta
Gus Baha: Di Semua Periode Islam, Anjing Dianggap Bukan Najis
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Tiga
Cerita Mistis Makam Keramat Murid Pangeran Diponegoro di Sleman
Sumpah Pemuda Terlupakan, Halloween Dirayakan
Untuk Drakor dan Pandemi, Katakan, Saya Tak Ada Waktu untuk Sedih!