Menurut Gus Baha, masih ada anggapan jika ada desa yang ada anjingnya berarti abangan, kalau tidak ada anjing daerah santri.
“Jadi membunuh anjing ibadah. Tapi di saat yang sama, santri mengakui kalau hewannya ashabul kahfi itu anjing. Juga mengakui kalau hewan paling pintar itu anjing. apalagi intelijen, kepolisian, badan narkoba tetap mengakui bahwa hewan yang paling mudah diajari adalah anjing,” ujarnya.
Menurutnya itu jelas membuktikan ilmiahnya Alquran. Karena Alquran sendiri mengakui hewan terpelajar.
“Mazhab Syafi’iyah menganggap anjing itu najis, kita lupa keistimewaan anjing. Padahal itu tidak bertentangan. Kalau anjing memang dianggap pintar, kalau itu dikatakan najis biar tidak kamu sembelih dan dijadikan ternak. Justru barang istimewa itu tidak perlu dibunuh. Karena istimewa. Kalau anjing kamu samakan dengan ayam nanti disate terus cepat habis,” jelas Gus Baha.
Baca Juga: Gus Muhaimin: Pesantren dan Madin adalah Penentu Kemajuan Indonesia
Imam Suyuthi menafsirkan bahwa hewan pemburu dalam surat Al Maidah ayat 4 itu adalah anjing.
Lanjut Gus Baha membacakan hadis tentang wadah yang dijilat oleh anjing.
“Jadi nabi mengistilahkan ada wadah, ada yang menjilat. Nah yang membuat itu menjadi ekstrem ada istilah menjilat. Wadah itu bisa wadah minum atau wadah bersuci,” terang Gus Baha.
“Jika anda punya baju kotor walaupun tidak najis juga disuruh membasuh. Sudah gitu ditambah wadah. Wadah itu memang barang spesial. Yang namanya jok tidak perlu dicuci, tapi kalau gelas yang tetap harus dicuci. Karena kaitannya dengan kesehatan. Makanya Imam Malik tetap ngotot bahwa anjing itu tidak najis sama sekali,” lanjutnya.
Baca Juga: KPK Geledah Rumah Pribadi Dodi Reza di Palembang, Sita Sejumlah Uang
“Soal dibasuh tujuh kali, memang nabi menyuruh membasuh tujuh kali, tapi tidak ada konsekuensi itu menjadi vonis najis. karena secara logika ijtihad istilahnya nabi itu wadah dan menjilat. apalagi kalau kalian menguasai ilmu medis. Efek yang ditimbulkan hanya sekadar memegang dengan efek menjilat itu bedanya jauh. Makanya Imam Malik memutuskan tidak ada kaitannya dengan najis,” Gus Baha menjelaskan lebih jauh.
Ini berbeda dengan Imam Syafii. Imam Syaffi berpandangan bukan hanya menjilat, memegang saja najis. Ditambah lagi adanya hadis nabi SAW mengenai malaikat tidak akan masuk ke rumah kalian yang ada anjing.
Akhirnya ada orang berpendapat bahwa yang dirumahnya ada anjing dianggap tidak barokah. Yang dimaksud dengan Malaikat di sana adalah malaikat rahmat, sementara Malaikat Azab dan Malaikat Maut bebas keluar-masuk.
Baca Juga: Guantanamo: Kesaksian Sopir Taksi yang Dipenjarakan di Sana
“Ulama sufi protes. tidak ada orang yang tidak mendapat rahmat ada anjingnya atau tidak ada anjingnya. Apakah jika ada anjingnya lantas tidak ada rahmat Allah? Ya tetap ada kan jawabannya. Nyatanya orang yang punya anjing tetap bisa makan. berarti mendapat rahmat,” tutur Gus Baha.
Artikel Terkait
Terus Diserang, Kini Pasangan Lesti Kejora dan Rizky Billar Dapat Ancaman Santet dari Haters
Apakah Pernyataan Rachel Vennya yang Berubah-ubah Itu Karena Bipolar yang Dialaminya?
Riddah atau Murtad Adalah Puncaknya Kejahatan
Yuk ke Museum Sumpah Pemuda, Ketahui Dulu Sejarah dan Lokasinya!
Asyiknya Berkunjung ke Museum, Yuk Coba
Kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, 'Disulap' dari Kumuh hingga Instagramable! Keren!
Kopi Turki, Bisa Dipakai untuk Meramal Lho