Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Dua

photo author
- Rabu, 20 Oktober 2021 | 16:19 WIB
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu (Dok.klikanggaran.com/NS)
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu (Dok.klikanggaran.com/NS)

“Punden yang pertama dulu ada arca perempuan menggendong bayi, Mbak, tapi sekarang arca aslinya kepalanya terpenggal. Dulu pernah dihancurkan oleh beberapa penduduk sekitar yang tidak setuju ada punden di desa ini.”

Nah, saya makin penasaran dengan jawaban ini.

“Kepala adat yang juga juru kunci punden juga sempat didemo, tapi setelahnya ada kejadian mengerikan di desa ini, Mbak.”

“Kejadian aneh bagaimana, Pak?” tanya saya kemudian makin penasaran.

Baca Juga: Kang Dedi Mulyadi Membongkar Kebakaran Hutan Bambu Milik Perhutani oleh Seorang Tokoh

“Begini, Mbak. Beberapa hari setelah arca itu dihancurkan, semua pelakunya mati satu per satu.”

Duh, merinding saya mendengar bagian ini.

“Ada yang kecelakaan di jalan, ada yang jatuh di rumah, semua tidak tersisa,” lanjut Pak Larwo. “Anehnya, mereka terluka di bagian mana mereka hancurkan arca itu. Ada yang kena kepalanya, ada yang kena bahu atau kakinya. Sama persis letaknya dengan rusaknya arca itu.”

“Lalu, Pak?” tanya saya makin ingin tahu.

“Kejadiannya tidak berhenti sampai di sana, Mbak. Penduduk desa ini mati satu per satu dalam waktu yang berdekatan. Misal hari ini satu rumah penduduk ada yang mati mendadak, besok tetangga sebelah rumah. Besoknya lagi depan rumah, dan begitu terus, hingga akhirnya desa ini sepakat menyerahkan masalah ini kepada kepala adat di sini.”

Baca Juga: Kim Seon Ho Keluar dari '2 Days and Night'; Tim Produksi Resmi Mengumumkan Hal Itu

Pembaca pasti bisa membayangkan bagaimana mengerikan kisah itu. Saya sesaat tak dapat berkata-kata mendengar cerita Pak Larwo.

“Setelah menyerahkan masalah ini kepada kepala adat, dibuatkanlah patung baru yang sama persis di dalam punden pertama. Sementara patung asli yang sudah tidak berkepala diletakkan di samping bangunan punden. Dengan upacara besar,” lanjut Pak Larwo.

“Sejak itu, kasus mati mendadak berhenti di desa ini, dan tidak ada yang berani melarang adanya punden itu ataupun upacara bersih desa di sini. Ya… sekarang saling menghormati keyakinan masing-masing saja, Mbak, lebih aman. Desa ini aman sekali, Mbak, tidak ada yang bisa mencuri di sini,” kata Pak Larwo.

Baca Juga: PUISI: Rindu Sekolah

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Monolog Sepatu Bekas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X