fiksi

Memahami Feminisme dalam Novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye: Perspektif Marxisme

Kamis, 4 April 2024 | 10:35 WIB
Bidadari-bidadari Surga (Dok. Pribadi)

KLIKANGGARAN -- Feminisme adalah gerakan sosial yang memperjuangkan kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang sastra. Salah satu karya sastra yang mengangkat isu feminisme adalah novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye.

Dalam novel ini, penulis secara halus menggambarkan perjuangan perempuan dalam menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan gender. Dengan menggunakan teori Marxis, kita dapat menelaah lebih dalam tentang bagaimana isu feminisme direpresentasikan dalam novel ini.

Teori Marxis menekankan pada pertentangan antara kelas sosial, di mana kelas yang berkuasa memanfaatkan kekuasaannya untuk menindas kelas yang lebih rendah.

Dalam konteks feminisme, Marxisme memandang bahwa perempuan merupakan salah satu kelompok yang tertindas dalam sistem kapitalis. Mereka diperlakukan sebagai objek yang dieksploitasi oleh kelas dominan, yaitu kaum laki-laki.

Melalui novel "Bidadari-Bidadari Surga", Tere Liye menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan dalam novel itu berjuang melawan sistem patriarki yang menindas mereka.

Salah satu tokoh utama, Azzura, menghadapi berbagai rintangan dan penindasan yang dilakukan oleh laki-laki di sekitarnya. Dia dipaksa untuk menikah dengan pria yang tidak dia cintai, dan terjebak dalam lingkaran kekerasan domestik.

Tentunya hal ini mencerminkan bagaimana sistem kapitalis mengeksploitasi perempuan dalam institusi perkawinan, di mana mereka seringkali kehilangan otonomi dan martabat mereka.

Selain itu, dalam novel ini juga digambarkan bagaimana perempuan diperlakukan sebagai komoditas seksual oleh laki-laki. Mereka seringkali dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan seksual pria tanpa mendapatkan penghargaan atau perlindungan yang layak.

Hal ini sesuai dengan pandangan Marxis tentang bagaimana kapitalisme menggunakan perempuan sebagai alat untuk memperkuat dominasi kelas atas.

Namun demikian, dalam perjuangan mereka, para perempuan dalam novel ini juga menunjukkan kekuatan dan ketahanan. Mereka tidak hanya pasif menerima nasib mereka, tetapi juga aktif berusaha untuk mengubah kondisi mereka.

Mereka membentuk solidaritas antar sesama perempuan dan berjuang bersama untuk membebaskan diri dari penindasan yang mereka alami. Ini mencerminkan konsep Marxis tentang pentingnya kesadaran kelas dan solidaritas untuk melawan sistem yang menindas.

Dalam konteks ini, feminisme dalam novel "Bidadari-Bidadari Surga" dapat dipahami sebagai bagian dari perjuangan kelas yang lebih luas. Perempuan-perempuan dalam novel ini tidak hanya berjuang untuk kesetaraan gender, tetapi juga untuk pembebasan dari sistem kapitalis yang menindas mereka. Mereka adalah bagian dari kelas pekerja yang berjuang melawan eksploitasi dan dominasi oleh kelas borjuis.

Dengan demikian, melalui analisis teori Marxis, kita dapat melihat bagaimana isu feminisme direpresentasikan dalam novel "Bidadari-Bidadari Surga" karya Tere Liye.

Dalam konteks Marxis, feminisme tidak hanya sebagai perjuangan untuk kesetaraan gender, tetapi juga sebagai bagian dari perjuangan kelas yang lebih besar untuk pembebasan dari sistem kapitalis yang menindas.

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB