KLIKANGGARAN -- Dalam hidup kita sering dihadapkan dengan berbagai kepribadian yang mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Salah satu konsep yang menggambarkan perbedaan ini adalah konsep introvert dan ekstrovert yang diajukan oleh psikolog Carl Gustav Jung.
Menurut Jung, introvert merupakan jenis kepribadian yang cenderung pasif dan memilih untuk fokus pada kompleksitas ide dan gagasan dalam batinnya.
Dengan menggunakan pendekatan Carl Gustav Jung dan kisah Alana dalam cerpen “Si Introvert” karya Aurelia Fransisca sebagai titik tolak, mari kita telusuri perjalanan seorang introvert yang mencoba memahami dan merangkul keunikan dalam dirinya sendiri.
Cerpen “Si Introvert” menceritakan kisah seorang gadis bernama Alana. Alana adalah seorang siswi SMA yang memiliki kepribadian introvert yang kuat. Semasa SMA, Alina lebih memilih untuk menghindari segala jenis interaksi publik.
Hal Ini dibuktikan dengan sifat Alina yang lebih memilih kesendirian dan keheningan yang termuat dalam kutipan di bawah ini:
“Semua orang mulai merapikan buku nya kemudian segera bergegas untuk keluar kelas, seperti biasa saat itu Alana langsung buru buru untuk pulang, sedangkan teman teman nya sudah terbiasa melihat Alana yang pulang sendiri disaat semua orang setelah selesai sekolah memilih untuk nongkrong dulu dibandingkan langsung pulang kerumah.” (Kutipan dalam cerpen)
Kutipan di atas sesuai dengan konsep Jung tentang kepribadian introvert yang lebih tertarik pada pemikiran dan perasaan internal daripada pada stimulus eksternal.
Di lain sisi, kita dapat melihat bagaimana Alana merenungkan dan mencoba memahami identitasnya yang cenderung menghindari keramaian dan lebih suka menghabiskan waktu sendirian. Seperti yang ada dalam kutipan di bawah ini:
“kenapa ya gw disaat remaja gini gw gak suka untuk ngobrol dan nimbrung sama banyak orang, gw juga gak suka di tengah- tengah keramaian, sedangkan dulu kecil gw aktif dan bahkan semua orang bilang gw itu anak nya bawel banget” (Kutipan dalam cerpen)
Alana mulai mengalami perasaan konflik ketika mencoba menjadi seperti teman-temannya yang ekstrovert. Dia merasa terkadang iri dengan kemampuan teman-temannya yang dengan mudah berbaur dan menikmati kegiatan bersama. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan di bawah ini:
“kok bisa ya orang-orang punya temen banyak, gampang untuk nimbrung, dan mudah menyukai hal baru, sedangkan gw menjadi pribadi yang introvert ” (Kutipan dalam cerpen)
Namun, dia menyadari bahwa mencoba mengubah dirinya untuk memenuhi harapan orang lain hanya membuatnya merasa lelah dan tidak autentik. Pandangan Alana sebelumnya sebagai seorang introvert mencerminkan pemikirannya yang jujur dan reflektif. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan di bawah ini:
“Dia pun memulai memahami bahwa Introvert itu adalah kepribadian dia, Alana emang gak suka di tengah- tengah keramaian atau pun ngobrol dengan banyak orang. Bukan karena orang introvert aneh dan tidak bisa bergaul, tetapi itu adalah kepribadian dia dan kepribadian itu harus diterima oleh diri kita sendiri” (Kutipan dalam cerpen)