Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

photo author
- Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB
Ilustrasi (Pixabay/ LUM3N)
Ilustrasi (Pixabay/ LUM3N)

Si Kacamata Hitam terdiam sejenak, merenung atas jawaban pengamen itu. Selama ini ia mengira bahwa dengan kekayaannya, ia bisa membeli kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. Namun, Pengamen ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan uang semata. Menikmati perjalanan untuk mendapat uang ialah sesuatu yang puas setelah mendapat hasilnya. Akan tetapi, Pengamen Jalanan itu kemudian tertawa kecil sambil mengambil toples koinnya yang telah terisi penuh berkat uang dari Si Kacamata Hitam.

“Tapi ngomong-ngomong, terima kasih banyak untuk uangnya ya, Tuan! aku memang menikmati mengamen, tapi uang tetap menjadi tujuanku sebenarnya hehe.”

Dengan seringai licik, pengamen itu langsung berlari sambil membawa uang yang ia simpan. Si Kacamata Hitam terpana untuk sesaat, tubuhnya membeku memandangi sang pengamen yang berlari menjauh sambil memamerkan seringai kemenangannya. Uang yang diberikannya kini berpindah tangan dengan cara yang sangat berbeda dari niat awalnya. Dia selalu berpikir bahwa memberi adalah sebuah perbuatan mulia yang seharusnya disambut dengan rasa syukur. Namun kenyataannya tidak selalu seindah yang dibayangkan. Sejenak kemudian, si Kacamata Hitam tersadar dari rasa terkejutnya. Dia lalu menghela napas panjang memikirkan ternyata semua manusia itu sama saja. Uang adalah segalanya. Pria itu lalu melanjutkan langkahnya, menggeleng-gelengkan kepala.

Si kacamata hitam tersenyum kecut, "Yah, memang tidak semua orang menghargai proses seperti yang kubayangkan. Ada juga yang hanya peduli dengan hasil akhir, dengan cara licik sekalipun."

* * *

Berbulan-bulan berlalu, hingga pada suatu malam Si Kacamata Hitam tak sengaja menyaksikan sebuah acara pencarian bakat di televisi. Betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah yang tidak asing baginya. Pengamen Jalanan yang pernah dia jumpai sebelumnya muncul di panggung. Pria itu terkejut bukan semata-mata karena Pengamen Jalanan itu tampil di televisi, melainkan karena Si Kacamata Hitam mengetahui bahwa suara Pengamen tersebut terdengar tidak sedap ditelinganya saat mereka bertemu dulu. Setelah pembawa acara menyebut nama Pengamen itu, seketika Si Kacamata Hitam merinding dan khawatir jika suaranya akan membuat penonton lain menggelengkan kepala.

Namun, kecemasan itu sirna ketika Pengamen itu mulai bernyanyi dengan percaya diri. Sungguh di luar dugaan, hasil nyanyiannya begitu indah memanjakan telinga. Si Kacamata Hitam tidak menyangka bahwa Pengamen Jalanan yang dulunya memiliki suara yang sumbang, mampu menyajikan suara semerdu itu. Dia lalu menyadari bahwa Pengamen tersebut pastilah telah berlatih vokal dengan sungguh-sungguh. Sungguh hasil yang begitu sempurna.

Seusai penampilannya, Pengamen itu mengambil kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada keluarga serta teman-temannya atas dukungan mereka. Tidak lupa pula dia menyebut nama Si Kacamata Hitam, membuat pria itu terkejut saat namanya disebut. Tiba-tiba, pengamen tersebut mengeluarkan secarik kertas dan membacakan sebuah puisi yang menggambarkan sosok Si Kacamata Hitam dengan indahnya.

 

Terima Kasih Pria Berkacamata Hitam

Kau datang bagaikan malaikat mulia
Menghapus deritaku dalam kepedihanku
Dalam kacamata hitammu yang misterius
Kau sembunyikan wajah dermawan baktimu

Tanganmu yang murah memberi tanpa henti
Mengulurkan kebebasan dari kemiskinan
Sekian kepingan uang darimu jadi bekal
Menuntunku meraih mimpiku di panggung gemilang

Sungguh mulia hatimu pria murah hati
Tanpa dendam kau lapangkan asaku
Dalam bingkai karya, kuukir rasa syukur
Terima kasih pria berkacamata hitam pembawa cahaya

Merentangkan sayapmu penuh kemurahan
Menaungi diriku dari badai kehidupan jalanan
Kau tunjukkan jalan untuk suaraku mekar
Memberi kesempatan di panggung gemerlapan

Cerpen ini ditulis oleh Muhammad Fahril Khalifi 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X