KLIKANGGARAN -- Cerita pendek "Mak Ipah dan Bunga-bunga" merupakan karya sastra yang telah lama diakui dalam kancah sastra Indonesia. Namun, melalui pendekatan feminisme-Marxis, kita dapat mengungkap dimensi-dimensi yang lebih dalam dari narasi ini, menyoroti tentang perjuangan kelas dan gender yang mendasarinya.
Karakter Mak Ipah, seorang ibu rumah tangga yang menghadapi tekanan ekonomi yang besar. Dalam paradigma Marxis, Mak Ipah mewakili kelas pekerja bawah yang eksploitatif, yang terus-menerus berjuang untuk bertahan hidup dalam sistem kapitalis yang tidak adil. Dia dihadapkan pada pilihan antara menjaga keluarganya atau memperjuangkan hak-haknya sebagai individu.
Namun, pemahaman yang lebih dalam tentang narasi ini terungkap melalui lensa feminis. Mak Ipah, sebagai perempuan, tidak hanya menghadapi tekanan kelas, tetapi juga tekanan gender yang kuat.
Dia terjebak dalam peran tradisional sebagai ibu dan istri yang harus mengorbankan kebutuhan dan keinginannya demi keluarga. Ini menggambarkan bagaimana patriarki menyebabkan perempuan terjebak dalam peran yang terpinggirkan dan tidak dihargai dalam masyarakat.
Pendekatan feminis-Marxis ini juga mengungkapkan dinamika kekuasaan yang kompleks dalam hubungan Mak Ipah dengan suaminya. Suami Mak Ipah, sebagai representasi dari otoritas patriarki, memiliki kontrol atas kehidupannya dan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi nasibnya. Ini mencerminkan bagaimana kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi kelas pekerja, tetapi juga memperkuat hierarki gender yang menguntungkan pria.
Perjuangan Mak Ipah untuk melawan tekanan kelas dan gender mencapai puncaknya ketika dia memutuskan untuk menanam bunga-bunga di kebunnya. Tindakan ini, dalam konteks feminis-Marxis, dapat diartikan sebagai tindakan perlawanan terhadap kapitalisme yang merusak alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan ekonomi semata.
Selain itu, menanam bunga-bunga juga merupakan simbol pembebasan diri Mak Ipah dari peran yang telah ditetapkan oleh masyarakat patriarki, menunjukkan bahwa dia memiliki hak untuk mengejar kebahagiaan dan pemenuhan diri tanpa harus mengorbankan dirinya.
Dengan demikian, cerpen "Mak Ipah dan Bunga-bunga" dapat dilihat sebagai cerminan dari dinamika kompleks antara kelas, gender, dan kekuasaan dalam masyarakat kapitalis. Melalui pendekatan feminis-Marxis, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana tekanan-tekanan ini saling berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan individu seperti Mak Ipah.
Penulis: Siti Salma (Mahasiswa Universitas Pamulang)
Artikel Terkait
Inspiratif! Juru Parkir Perempuan ini Sukses Menguliahkan Anaknya di UMP Hingga Menjadi Sarjana
Wonderful Rongkong Resmi Dibuka, IDP: Kegiatan Ini Menyatukan Kita Semua
Bikin Kejutan di Hari Kartini, KAI Daop 5 Purwokerto Berikan Apresiasi kepada Pelanggan Wanita
Warga Cilacap Ditemukan Tewas di Rumah Indekos, Apa Penyebab Kematiannya?
Indonesia Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23, Begini Pernyataan Shin Tae Yong
Inilah Sosok Wilda Nurfadhilah, Pemain Bola Voli Berhijab Berhasil Sita Perhatian Pelatih Red Sparks Ko Hee Jin
Sinopsis Queen of Tears Episode 14: Perpisahan Hae In dan Hyun Woo yang Sangat Menyakitkan
Inilah Sosok Dio Novandra Wibawa, Pacar Megawati Hangestri Viral di Media Sosial, Siapa Sebenarnya?
Psikologi Kolektif Carl Gustav Jung dalam Novel Teluk Alaska Karya Eka Aryani
Feminisme dan Teori Marxis: Memahami Perjuangan Suri dalam Cerpen ‘Suri dan Rumah untuk Pulang’ Karya Esty Pratiwi Lubarman