Menurutnya, gaya ini sering membuat bendahara negara menahan belanja bila tata kelola dinilai belum sesuai.
Sedangkan gaya bapak-bapak berbeda jauh.
"Nah, kalau bapak-bapak tidak kan. 'Kau mau minta berapa?' lalu dikasih. 'Tapi kalau misalnya besok ada apa-apa, saya gantung (hukum)' begitu," terangnya.
"Jadi artinya, kalau ibu-ibu hati-hati di depan, kalau bapak-bapak cenderung kasih dulu, tapi kalau macam-macam di belakang, siap diganyang," tambahnya.
3. Karakter dan Mazhab Ekonomi Purbaya
Yanwar menyebut perbedaan itu menggambarkan karakter berbeda antara Sri Mulyani dan Purbaya.
Baca Juga: Telusuri Dugaan Pembobolan RDN BCA Rp70 Miliar: Kronologi, Sikap OJK, dan Investigasi yang Dilakukan Panca Global Sekuritas
"Nah, dua perbedaan ini menggambarkan satu penyederhanaan yang menurut saya bisa saja terjadi, bahwa Purbaya berbeda dengan gaya Sri Mulyani yang penuh dengan kehati-hatian," ucapnya.
Ia menambahkan, Purbaya sendiri pernah mengaku menganut mazhab teori likuiditas Milton Friedman.
"Dia sendiri yang bilang, dirinya menganut teori likuiditas Milton Friedman. Jadi teori likuditas ini memang artinya tidak boleh ada dana mengendap. Uang itu harus ke luar, harus jalan," tukas Yanwar.**
Artikel Terkait
Purbaya Janji Ekonomi RI Berbalik Arah Oktober 2025, Pemulihan Penuh di Akhir Tahun Jadi Ujian Kredibilitas Menkeu Baru
4 Kebijakan Menkeu Purbaya dalam Seminggu Menjabat: Suntik Himbara hingga Atur Ulang Transfer ke Daerah
Cowboy Style Menkeu Purbaya Jadi Sorotan Publik dan Media Asing, Dinilai Berani Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Tapi Berisiko Politik
Inilah Janji Anyar Menkeu Purbaya soal Stimulus Ekonomi: Rp7 T untuk Bantuan Pangan hingga Keyakinan Minimnya Perang Bunga Antarbank
DPR Usul Bansos Pangan Ditambah Minyak Goreng 2 Liter, Menkeu Purbaya Siapkan Skema Anggaran dari Serapan K/L