Jakarta, Klikanggaran.com (30/8/2017) - Bulan Juni tahun 2017, kalau boleh dikatakan adalah bulan dan tahun yang buruk bagi "Si Raja Minyak", alias perusahaan milik negara bernama Pertamina. Hal buruk untuk perusahaan plat merah ini disebabkan laba bulan Juni 2017 menipis tajam bila dibandingkan dengan tahun 2016 lalu.
Laba Pertamina pada tahun 2016 masih sebesar USD 1,8 miliar. Tapi, pada Juni 2017 laba Pertamina hanya mencapai sebesar USD 1,3 miliar. Jadi, dari tahun 2016 sampai 2017, perusahaan minyak milik negara ini mengalami penurunan laba sebesar USD 451 juta. Dan, penurunan laba ini memperlihatkan indikasi adanya hal tidak beres dalam manajemen PT Pertamina.
Jika dihitung-hitung dari segi bisnis, tidak masuk akal PT Pertamina mengalami kemerosotan laba. Karena bila dilihat pada bulan Juni dari tahun 2016 sampai tahun 2017 jumlah penjualan dan pendapatan PT Pertamina mengalami kenaikan yang cukup lumayan, sebesar USD.3.3 miliar.
Sebagaimana laporan yang diterima Klikanggaran.com, pada tahun 2016 jumlah penjualan dan pendapatan si raja minyak Pertamina sebesar USD 17,1 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah penjualan dan pendapatan PT Pertamina sebesar USD 20,5 miliar. Dengan adanya peningkatan pendapatan dari penjualan minyak tahun 2016 ke tahun 2017 ini, rasanya tidak mungkin Pertamina mengalami penurunan laba perusahaan.
Atas turunnya laba pendapatan si raja minyak ini, publik menilai, kepemimpinan bisnis Pertamina ketika dipimpin oleh Elia Massa Manik sangat lemah alias kurang paham dalam mengelola perusahaan bisnis minyak. Seharusnya Pertamina dimasuki oleh Kementerian BUMN bahwa PT Pertamina pada semester I 2017 adalah perusahaan negara yang memalukan. Karena bisa mengalami kerugian, akibat dari target laba keuntungan yang tidak sesuai dengan laba keuntungan tahun 2016. Mungkin bisa dibilang, laba Pertamina merosot atau merugi.