KLIKANGGARAN -- Teori semiotika Ferdinand de Saussure menekankan bahwa tanda terdiri dari dua komponen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified).
Ferdinand de Saussure, seorang ahli bahasa asal Swiss yang lahir pada 26 November 1857 dan meninggal pada 22 Februari 1913, dijuluki sebagai Bapak Linguistik Modern. Salah satu konsep penting yang diperkenalkannya adalah teori tanda.
Menurut Saussure, penanda adalah bentuk fisik dari tanda, sedangkan petanda adalah konsep yang diwakilinya.
Dalam cerpen "Robohnya Surau Kami," sebuah cerpen yang ditulis oleh A.A. Navis yang mengisahkan tentang kehancuran sebuah surau di desa yang terjadi karena berbagai faktor, termasuk konflik internal dan perubahan sosial.
Semiotika Sausussre diterapkan pada "robohna Surau Kami" menunjukkan tanda yang digunakan untuk mengkritik praktik keagamaan dan sosial di Indonesia.
Identifikasi Tanda:
Neraka
Penanda: Tempat siksaan panas di mana Haji Saleh dan temannya merasakan penderitaan.
Petanda: Simbol konsekuensi dari kesalahan sosial dan spiritual; neraka di sini mengisyaratkan kegagalan dalam memahami dan mengimplementasikan ajaran agama dengan benar.
Haji Saleh
Penanda: Seorang yang taat beribadah, namun berada di neraka.
Petanda: Representasi dari orang yang menjalankan agama secara ritualistik tanpa memahami esensi moral dan tanggung jawab sosial.
Ibadah
Penanda: Praktik keagamaan seperti shalat, haji, dan mengaji.
Petanda: Simbol dari kepatuhan religius yang hanya bersifat formalitas tanpa implementasi nyata dalam kehidupan sosial.
Surga
Penanda: Tempat yang diinginkan oleh Haji Saleh dan temannya sebagai tujuan akhir.
Petanda: Simbol dari penghargaan ilahi yang seharusnya diperoleh melalui kombinasi ibadah dan amal sosial yang benar.