KLIKANGGARAN -- Sastra bandingan adalah studi yang membandingkan karya sastra dari berbagai tradisi budaya, bahasa, dan genre untuk memahami persamaan dan perbedaannya. Dalam konteks ini, kita akan membandingkan novel "Hati Suhita" karya Khilma Anis dengan adaptasi filmnya.
Novel ini dikenal karena penggambaran emosional yang mendalam dan narasi yang kuat, sementara filmnya menghadirkan visualisasi dari kisah tersebut. Untuk menganalisis perbandingan ini, kita akan menggunakan teori sastra bandingan, khususnya pendekatan intertekstualitas.
Novel "Hati Suhita" mengisahkan perjalanan hidup Alina Suhita, seorang perempuan yang berjuang untuk mendapatkan cinta dan pengakuan dari suaminya, Gus Birru.
Meskipun telah menikah, hubungan mereka terasa dingin dan jauh karena Gus Birru masih terikat pada kenangan masa lalu dengan mantan kekasihnya, Ratna Rengganis. Novel ini menggali tema-tema cinta, pengorbanan, dan pencarian jati diri dengan latar belakang budaya Jawa yang kental.
Ketika diadaptasi menjadi film, "Hati Suhita" menghadapi tantangan untuk menerjemahkan narasi yang kompleks dan emosional ke dalam bahasa visual. Salah satu perbedaan utama antara novel dan film adalah cara penyampaian emosi dan pikiran karakter.
Dalam novel, pembaca dapat mengakses pikiran dan perasaan terdalam Alina melalui narasi internal yang kaya. Khilma Anis menggunakan bahasa yang puitis dan mendalam untuk menggambarkan konflik batin dan pergulatan emosional Alina.
Sebaliknya, film harus mengandalkan ekspresi wajah, dialog, dan adegan visual untuk menyampaikan emosi tersebut. Ini seringkali mengarah pada interpretasi yang berbeda dari karakter dan situasi.
Misalnya, adegan yang dalam novel digambarkan melalui deskripsi panjang tentang perasaan Alina bisa saja diubah menjadi momen singkat tetapi kuat secara visual dalam film. Ini memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dalam hal penyutradaraan dan akting untuk menjaga intensitas emosional yang sama.
Pendekatan intertekstualitas dalam teori sastra bandingan membantu kita memahami bagaimana teks asli (novel) dan teks turunan (film) saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain.
Dalam kasus "Hati Suhita", film ini tidak hanya menampilkan kembali cerita dari novel, tetapi juga menafsirkan ulang dan memodifikasinya untuk medium yang berbeda.
Ini bisa dilihat dari bagaimana beberapa karakter mungkin memiliki pengembangan yang lebih mendalam atau berbeda dalam film dibandingkan dengan novel, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan visual dan durasi.
Sebagai contoh, karakter Gus Birru dalam novel digambarkan melalui perspektif Alina, yang seringkali penuh dengan kebingungan dan frustrasi terhadap sikap suaminya.
Dalam film, mungkin terdapat lebih banyak adegan yang menunjukkan sudut pandang Gus Birru secara langsung, memungkinkan penonton untuk memahami kompleksitas karakternya dengan cara yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bagaimana intertekstualitas bekerja dalam adaptasi, menciptakan makna baru yang tidak sepenuhnya ada dalam teks asli.