KLIKANGGARAN -- Novel Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma adalah karya sastra yang memikat dengan kekuatan ekspresifnya dalam menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kekuatan ekspresif dalam novel Sepotong Senja untuk Pacarku ini dengan menggunakan teori ekspresi dari teater.
Dalam novel Sepotong Senja untuk Pacarku ini, Ajidarma menciptakan karakter-karakter yang hidup dan kompleks.
Mulai dari tokoh utama seperti Sihar, Pitra, dan Diah, hingga tokoh-tokoh pendukung lainnya, setiap karakter digambarkan dengan detail yang mendalam.
Melalui deskripsi fisik, perilaku, dan dialog, pembaca dihantarkan untuk merasakan kehidupan dan perjuangan setiap karakter.
Dalam novel ini, Ajidarma menciptakan karakter-karakter yang hidup dan berkesan.
Kita akan merasakan kehidupan dan perjuangan tokoh-tokohnya seperti Sihar, Pitra, dan Diah. Melalui cerita mereka, kita diajak untuk memahami liku-liku kehidupan dan perasaan yang dalam.
Kisah ini berlatar belakang kota Jakarta pada masa Orde Baru. Ajidarma dengan jelas menggambarkan kehidupan di kota besar tersebut.
Dari jalanan yang ramai hingga gedung-gedung tinggi yang menjulang, kita akan merasakan atmosfer kota Jakarta pada masa itu.
Baca Juga: Sinopsis High School Return of a Gangster Episode 7: Apa yang Terjadi di Kantor Kejaksaan?
Konflik-konflik dalam cerita ini sangat menggugah. Mulai dari konflik di dalam diri tokoh-tokohnya, hingga konflik-konflik sosial dan politik yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Ajidarma dengan jelas menggambarkan konflik-konflik ini sehingga kita merasa seperti ikut terlibat di dalamnya.
Dengan menggunakan teori dari dunia teater, kita dapat lebih memahami betapa kuatnya ekspresi emosi dan kehidupan dalam Sepotong Senja untuk Pacarku.