KLIKANGGARAN--Novel ‘Wanita Berkarir Surga’ karya Felix Y. Siauw, cerita mengisahkan perjuangan seorang wanita muda bernama Sarah dalam meraih kesuksesan karir tanpa meninggalkan nilai-nilai agama dan kekeluargaan.
Novel ini menjadi perbincangan hangat karena menggabungkan tema karir, spiritualitas, dan agama dalam satu cerita yang inspiratif.
Dalam konteks kritik feminis, novel ini menawarkan sudut pandang yang penting untuk dieksplorasi terkait dengan representasi wanita.
Kritik feminis tidak hanya mempertanyakan bagaimana wanita direpresentasikan dalam karya sastra, tetapi juga menyoroti bagaimana struktur kekuasaan gender, patriarki, dan norma-norma sosial ikut membentuk narasi tersebut.
Salah satu karakter utama dalam novel ini adalah Sarah, yang digambarkan sebagai sosok wanita tangguh dan berkomitmen. Sarah berjuang untuk meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai seorang profesional, namun juga harus menghadapi dilema antara tuntutan profesional dan tuntutan personalnya sebagai seorang wanita.
Baca Juga: Airin Rachmi Diany Raih 302.878 Suara, Tertinggi di Internal Partai Golkar Secara Nasional
Karakter ibu Sarah juga mewakili konsep peran tradisional wanita dalam keluarga, meskipun dalam konteks kritik feminis, konstruksi sosial tentang peran wanita dalam keluarga masih mempengaruhi kehidupan perempuan dalam novel ini.
Konstruksi gender dalam novel ini tercermin melalui interaksi antar karakter dan pembagian peran antara pria dan wanita. Sarah menggambarkan perjuangan wanita modern dalam meraih kesuksesan karir sekaligus menjalankan peran tradisional sebagai ibu dan istri.
Konstruksi gender juga tercermin dalam hubungan antar karakter, terutama dalam konteks hubungan romantis. Penggambaran perbedaan perlakuan antara pria dan wanita dalam lingkungan kerja dan masyarakat juga menunjukkan bagaimana struktur kekuasaan gender masih berpengaruh dalam pembagian peran dan tanggung jawab antara kedua jenis kelamin.
Baca Juga: Kemiskinan pada Novel Rudinmeter Karya Judjing The Norm
Pemikiran agama, terutama Islam, menjadi bagian integral dalam cerita dan karakter-karakternya. Ajaran-ajaran agama, seperti tentang peran gender, diinterpretasikan secara berbeda oleh tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini.
Beberapa karakter perempuan menafsirkan ajaran agama sebagai pendorong untuk tetap berjuang dalam karir mereka tanpa meninggalkan nilai-nilai keagamaan. Namun, kritik feminis menyoroti bahwa interpretasi ini masih terbatas oleh norma-norma patriarkal yang ada dalam masyarakat.
Konstruksi gender dalam novel ini memperlihatkan kompleksitas realitas kehidupan perempuan modern. Penggambaran hubungan antar karakter dan pembagian peran antara pria dan wanita mengungkap bagaimana norma-norma gender memengaruhi dinamika sosial.
Konsep perlakuan berbeda antara pria dan wanita dalam lingkungan kerja dan masyarakat juga menjadi sorotan penting. Hal ini menggambarkan bagaimana struktur kekuasaan gender masih berpengaruh dalam pembagian peran dan tanggung jawab antara kedua gender.