KLIKANGGARAN- 'Inem’ adalah salah satu cerpen dari kumpulan ‘Cerita dari Blora’ karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1952.
Cerpen ini mengisahkan tentang Inem, seorang anak perempuan berusia di bawah umur yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki yang jauh lebih tua darinya.
Kisah Inem menjadi representasi dari banyak isu sosial dalam masyarakat, seperti pernikahan anak, patriarki, dan ekonomi keluarga.
Salah satu isu utama yang diangkat dalam cerpen ini adalah pernikahan anak. Praktek ini digambarkan sebagai bagian dari tradisi dan struktur sosial yang lebih luas, dimana anak perempuan dipandang sebagai beban ekonomi bagi keluarga.
Baca Juga: Empat Atlet Pelajar Asal Banyumas Akan Ikuti Pelatihan di China
Pernikahan dini dipakai sebagai solusi untuk mengurangi beban tersebut, tanpa mempertimbangkan hak dan kebahagiaan anak.
Cerpen ‘Inem’ menyoroti struktur patriarki yang mendominasi masyarakat, dimana keputusan tentang hidup anak perempuan sepenuhnya berada di tangan orang tua atau figur laki-laki dalam keluarga.
Hak-hak perempuan, termasuk hak untuk memilih pasangan, sering kali diabaikan. Kisah Inem menunjukkan bagaimana sistem patriarki mengorbankan kebebasan dan potensi perempuan.
Cerpen ini juga menggambarkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang melatarbelakangi pernikahan anak. Keluarga Inem, yang miskin, melihat pernikahan sebagai cara untuk meringankan kondisi ekonomi mereka. Ini mencerminkan realitas sosial ekonomi dimana keluarga miskin tidak memiliki banyak pilihan untuk memperbaiki kondisi hidup mereka.
Kisah Inem turut menggambarkan dampak psikologis dari pernikahan dini. Melalui sudut pandang narator, pembaca dapat merasakan kehilangan masa kanak-kanak, ketakutan, dan kebingungan yang dialami oleh Inem, yang merupakan dampak jangka panjang dari pernikahan anak ini.
‘Inem’ oleh Pramoedya Ananta Toer tidak hanya mengisahkan tragedi personal seorang anak perempuan, tetapi juga mengkritik struktur sosial yang memungkinkan tragedi tersebut terjadi.
Melalui analisis sosiologi sastra, cerpen ini membuka ruang diskusi mengenai dampak tradisi yang kaku dan patriarki terhadap individu dan masyarakat, serta pentingnya kesadaran dan perubahan sosial untuk mengatasi ketidakadilan.
Penulis: Riska Muthiah