Novel memberi ruang untuk refleksi bahasa yang kaya dan detail, sedangkan film memilih bentuk bahasa yang lebih ringkas, ekspresif, dan kontekstual secara visual.
Keduanya mencerminkan dinamika berbahasa remaja dalam era modern, namun masing-masing menyampaikan identitas sosial tokoh dengan cara yang berbeda.
Artikel ini merupakan resensi yang ditulis oleh Putri Fathiya Zahira (Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang)
Artikel Terkait
Tindak dan Tutur Kata Memengaruhi Keistimewaan Cerita pada Novel 'Hujan di Bulan Juni' karya Sapardi Djoko Darmono
Menelisik Interpretant dalam Cerpen Ratu Kalinyamat: Dalam Teori Charles Sanders Peirce
Analisis Struktural Novel "Bumi Cinta" Karya Habiburahman El-Shirazy dengan Pendekatan Roland Barthes: Simbolisme dan Makna Tersembunyi
UPDATE Kasus Kematian Siswa SMPN 19 Tangsel: Polisi Selidiki Dugaan Perundungan dan Periksa Enam Saksi
Resensi Novel dan Film Diaku Imamku: Romansa, Dilema Moral, dan Adaptasi Layar Lebar
Dari Kata ke Layar: Kajian Bandingan Novel dan Film 172 Days dalam Mengungkap Makna Cinta dan Keikhlasan