KLIKANGGARAN--Novel yang berjudul Negeri 5 Menara merupakan karya fiksi yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Sebuah buku yang memiliki banyak pesan moral diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2009. Kontennya berisi cerita yang terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata.
Novel Negeri 5 Menara menceritakan kehidupan di pondok pesantren. Seorang Ahmad Fuadi menggambarkan pengalaman yang dia alami selama berada di Pondok Madani dalam tulisannya. Kisah kehidupan religius dalam lingkungan pesantren Pondok Madani digambarkan dengan detail. Cerita tentang kehidupan budaya di pesantren dijelaskan dengan baik melalui dialog dalam bentuk narasi.
Novel Negri 5 Menara memperlihatkan Pendidikan dan Budaya Pondok Madani sangat terhubung dengan pengajaran-pengajaran agama Islam. Islam telah berhasil menggabungkan unsur-unsur budaya lokal yang sesuai dengan ajarannya, sehingga dapat diadopsi dengan baik.
Baca Juga: Universitas Pamulang Gelar Wisuda ke-103 Sekaligus Pengukuhan Guru Besar Bidang Hukum Perdata
Tradisi dan budaya setempat berhubungan secara erat dengan sastra pesantren, hal ini dapat dilihat dalam novel Negeri 5 Menara.
Dalam proses pendidikan di Pondok Madani, Alif berhasil memperoleh pengetahuan baru dalam agama, keterampilan, dan pengetahuan umum. Man Jadda Wajada adalah kalimat ajaib dalam novel Negeri 5 Menara untuk Alif menggapai mimpi.
Hingga mencapai akhir perjalanan, Alif berhasil menyelesaikan pendidikan di pondok. Selama beberapa tahun setelah itu, Alif dan kawan-kawannya menjalani periode di mana mereka berpisah satu sama lain.
Baca Juga: Vicky Blak-blakan Mengagumi Marshanda, Marshanda: Kita Berteman Baiklah, Normalkan Bun?
Walau begitu, di saat berada di pondok, Alif dan 5 temannya semua bermimpi untuk mengunjungi Traval Gare Square di Eropa yang dianggap oleh para ustadz sebagai tempat di mana tokoh-tokoh Islam inspiratif muncul.
Mimpi itu menjadi kenyataan. Kelompok sahabat yang disebut Shahibul Menara akhirnya berkumpul di benua Eropa.
Penulis: Muhamad Abdu (Mahasiswa Universitas Pamulang)
Artikel Terkait
Menelusuri Jejak Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau dalam Film Surau dan Silek