Moskow, pada gilirannya, secara konsisten memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan senjata, dengan alasan bahwa tindakan seperti itu hanya akan mengarah pada perpanjangan tindakan militer dan akan menciptakan masalah lama di masa depan.
Baca Juga: Potret Kabupaten PALI, Dulu Tertinggal, Kini Ramai Dilintasi Pemudik
Kremlin juga menjelaskan bahwa setiap pengiriman perangkat keras militer akan dianggap sebagai target yang sah begitu mereka menyeberang ke Ukraina.
Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Baca Juga: Inilah Video Viral yang diduga Arya Saloka Cium Tangan Amanda Manopo
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
DISCLIMER: Artikel ini telah tayang dalam bahasa Inggris di RT.com dengan judul "US government running out of cash for Ukraine".
Artikel Terkait
Serangan Israel Di Mesjid Al-Aqsa saat Shalat Subuh, 152 Warga Palestina Terluka
Seorang Politisi Swedia Rasmus Paludan Membakar Al-Qur'an, Aksinya malah Dilindungi Polisi dari Pendemo
ISIS Klaim Serangan Bom dalam Masjid Syiah yang Tewaskan Belasan Orang dan Puluhan Lainnya Luka Parah
Kebijakan Mohammed bin Salman Dorong Bangsawan Saudi Kurangi Gaya Hidup Mewah
Barat Gagal Jatuhkan Rusia, Putin: Barat Beralih ke Teror untuk Melawan Rusia!
Diskriminasi Atas Muslim Meningkat di Amerika Serikat