KLIKANGGARAN --- Kantor Berita Prancis, Agence France-Presse (AFP), dituduh telah terbius propaganda Rusia, lansir Russia Today, dengan mengutip pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nicolenko.
Tuduhan tersebut dilontarkan Nicolenko sebab AFP menyebut pasukan Republik Rakyat Lugansk sebagai "separatis Ukraina" daripada "tentara penyerbu Rusia."
Sebelum tuduhan terhadap AFP itu dilontarkan, sebelumnya Lugansk dan pasukan Rusia mengumumkan bahwa mereka merebut kembali kota Lisichansk pada hari Minggu.
Baca Juga: Turki Tahan Kapal Kargo Berbendera Rusia yang Membawa Gandum
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengumumkan pada hari Minggu bahwa pasukan Rusia dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) telah berhasil mengusir pasukan Ukraina keluar dari kota Lisichansk.
Kota itu tetap berada di bawah kendali Ukraina sejak LPR mendeklarasikan kemerdekaan pada 2014 menyusul kudeta pro-Barat di Kiev.
Beberapa jam sebelumnya, AFP melaporkan bahwa "para separatis Ukraina mengatakan mereka telah mengepung Lisichansk," mengacu pada pasukan LPR, yang kemerdekaannya diakui Rusia beberapa hari sebelum meluncurkan operasi militernya di Ukraina.
Nicolenko mempermasalahkan deskripsi AFP tentang pasukan LPR. "AFP menjadi korban propaganda Rusia," tulisnya di Twitter. “Ini secara mengerikan menyebut tentara penyerbu Rusia sebagai ‘separatis Ukraina’, menghadirkan perang Rusia melawan Ukraina sebagai konflik internal – Kremlin bersorak.”
Terlepas dari kemarahan Nikolenko, pasukan LPR telah berkonflik dengan pasukan Ukraina sejak 2014, delapan tahun sebelum Rusia mengakui kemerdekaan republik dan mengirim pasukannya ke Ukraina.
Moskow menyatakan bahwa salah satu alasan serangannya di Ukraina adalah kegagalan Kiev untuk mematuhi perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus kepada Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014, dan mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Menurut AFP, para pejabat Ukraina pada Sabtu membantah bahwa Lisichansk telah dikepung, dan bersikeras bahwa tentara Ukraina masih menguasai kota itu.