peristiwa-internasional

Interpol: Senjata yang Dikirim Barat ke Ukraina Bisa Jatuh ke Tangan Penjahat

Jumat, 3 Juni 2022 | 16:54 WIB
Gambar hanya ilustrasi (Pixabay/MasterTux )

Baca Juga: Keluarga Ikhlaskan Eril Meninggal Dunia Tenggelam di Sungai Aare, Petugas Libatkan Anjing Pelacak Cari Eril

AS, bersama dengan sekutunya seperti Jerman dan Inggris, terus memasok senjata ke Ukraina sejak dimulainya konflik dengan Rusia pada akhir Februari.

Sebagian besar peralatan terdiri dari senjata ringan dan rudal anti-tank dan anti-udara portabel, bersama dengan amunisi dan bahan bakar.

Pada hari Rabu, AS mengatakan akan menjual drone tempur MQ-1C Gray Eagle Ukraina yang mampu membawa hingga delapan rudal Hellfire.

Kementerian Pertahanan Slovakia mengumumkan pada hari yang sama bahwa mereka akan memasok Kiev dengan howitzer self-propelled.

Inggris sebelumnya mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai Ukraina dengan beberapa peluncur roket buatan AS tetapi membutuhkan persetujuan Washington terlebih dahulu.

Baca Juga: Nabila Ishma Ungkap Kerinduannya Kepada Eril dengan Mengunggah Momen Kebersamaannya di Instagram, Menggetarkan

Pasokan senjata yang terus berlanjut telah menyebabkan beberapa badan penegak hukum mengungkapkan keprihatinan tentang nasib senjata-senjata ini.

Pada akhir Mei, Europol – badan penegak hukum UE – mengatakan kepada media Jerman bahwa persenjataan yang dikirim ke Ukraina dapat berakhir di tangan para penjahat.

Kepala badan tersebut, Catherine De Bolle, membandingkan situasi saat ini di Ukraina dengan situasi Balkan 30 tahun yang lalu, ketika Perang Balkan menyebabkan gelombang besar senjata ke pasar gelap.

“Senjata dari perang itu masih digunakan oleh kelompok kriminal hari ini,” kata De Bolle.***

DISCLAIMER: Artikel ini telah tayang dalam bahasa Inggris di RT dengan judul "Interpol issues Ukrainian weapons warningBaca Juga: Ukraina Telah Menerima Lebih dari 6 Miliar Dolar, tetapi Membutuhkan Lebih Banyak Bantuan".

Halaman:

Tags

Terkini