Di sana beliau memberi banyak wejangan, yang bagi saya menohok banget. Halus, namun tepat dengan apa yang saya rasakan. Saya menangis lama di dalam kamar itu. Sampai saya kemudian keluar dari dalam kamar, menemui Pak Nono dan suami saya di depan.
Pak Nono yang melihat saya menangis hanya tersenyum maklum, lalu menepuk pundak saya dan mengatakan, “Mbah Putri suka sama Mbaknya. Mbak, ayo saya lihatkan di belakang rumah. Di sana ada dua roh halus, yang satu jangan diajak bicara. Abaikan saja, yang di belakang itu None Belanda. Mbak boleh cerita-cerita dengan dia. Saya tunjukkan tempatnya, nanti saya tinggal”
Saya mengikuti langkah Pak Nono. Begitu sampai di samping rumah, saya melihat mahluk hitam besar, dengan kedua mata merah!
Baca Juga: Dudung Abdurachman Telah Sah Menjadi KSAD, Berikut Profilnya
“Pak, itu ada genderuwo!” teriak saya.
“Iya, Mbak. Itu yang saya bilang tadi, lewati saja jangan diajak bicara. Monngo, silakan jalan terus ke belakang, di sana None Belandanya.”
Saya jalan sendirian terus masuk ke belakang rumah. Diam beberapa saat sendiri di sana. Sampai hampir lima belas menit saya diam di sana, tetapi None Belanda itu tidak menampakkan diri sama sekali. Akhirnya saya kembali pada Pak Nono.
“Saya gak ketemu None Belandanya, Pak,” ucap saya.
“Sini, Mbak. Saya lihatkan satu lagi, tapi Mbak hanya bisa melihat dari jendela yang akan saya buka. Di sana ada perempuan dengan wajah setengah bopeng dan banyak darah. Mbak bisa ajak dia bicara.”
“Nggak lha, Pak, kalau berdarah-darah saya gak mau lihat. Ngeri!”
“Lihat saja, Mbak, ga apa. Perempuan itu pemalu, biasanya dia akan lihatkan diri hanya setengah badannya saja, yang berdarah dia tutup dengan rambutnya. Mbak tidak akan lihat darahnya, sini saya tunjukkan kamarnya.”
Saya pun mau, penasaran juga sich! Biarpun ngeri juga! Saat saya melihat melalui jendela, kira-kira 10 menit, ada sosok perempuan duduk di atas ranjang. Duduk hanya memperlihatkan punggungnya, dengan rambut panjang sebahu.
Baca Juga: Jenderal TNI Andika Perkasa Dilantik, Rocky Gerung Langsung Komentar
Dia tidak biacara apa pun, hanya terdengar suara tangis kecil. Ada aura kesedihan yang sangat dalam di sana. Saya masih menunggu dia bicara, tetapi hingga akhirnya saya meninggalkan jendela kamar itu, perempuan itu tetap saja diam.