Setelah mempertimbangkan sebentar, akhirnya saya putuskan untuk masuk. Biarpun sejujurnya, saya merinding, takut juga!
Pintu utama rumah mulai dibuka kuncinya oleh pak Nono. Begitu pintu utama dibuka, langsung tercium bau ngap, bau jamur, dan agak pesing khas rumah yang terlalu lama kosong. Saya melangkah masuk perlahan dengan sedikit ragu.
Baca Juga: Ginting Tersingkir dari Indonesia Masters 2021, Jonatan Christie Melaju ke Babak 16 besar.
Begitu saya sudah di dalam, Pak Nono menutup pintu utama lagi sembari memberi tahu, “Saya tutup pintunya, Mbak. Mbak buka pintu kamar sebelah kanan, masuk dan diam di sana. Itu kamar Mbah Putri.”
Begitu saya melangkah masuk, ruangan itu terasa panas dan ngap. Ragu saya melangkah hingga sampai tepat di depan kamar Mbah Putri. Saya dorong pintunya perlahan, bulu kuduk saya mulai berdiri saat pintu sudah terbuka.
Ada aura yang benar-benar beda di sana! Kamar itu tanpa jendela sama sekali, harusnya kamar itu juga ngap dan panas, tetapi mengapa di dalam sana dingin? Saya cepat-cepat keluar dari ruangan itu, menemui Pak Nono. Saya takut!
Begitu melihat saya sudah berdiri di pintu keluar lagi, Pak Nono kembali menghampiri saya.
Baca Juga: Rekrutmen eks Pegawai KPK, LSAK: Polri Bukan Perusahaan Swasta, Jangan Melanggar Hukum
“Lho, Mbak, kok keluar? Itu Mbah Putri sudah nunggu Mbaknya di dalam. Ayo masuk lagi, saya temani dulu, sudah ditunggu Mbah Putri, lho, Mbak.”
Saya kembali masuk mengikuti langkah Pak Nono. Begitu Pak Nono masuk ke kamar Mbah Putri dan saya berdiri di samping Pak Nono, ruangan itu mendadak berbau harum melati. Wangi sekali!
Dan anehnya, saya begitu saja merasa sangat nyaman. Pak Nono yang sudah paham, lalu meninggalkan saya seorang diri di sana. Dia tutup kembali pintu kamar Mbah Putri dan dia keluar.
Saya merasa nyaman yang sangat nyaman, tidak ada ketakutan sama sekali. Bahkan saya menikmati wangi melati yang sangat kuat harumnya itu. Bukan wangi melati fresh, ini bau minyak melati keraton yang dulu sering saya cium saat saya masih kecil. Sering dipakai oleh mbah-mbah zaman itu.
Baca Juga: Kegiatan DTS Kemenkominfo Dinilai Tak Sesuai Kontrak dan Memboroskan Uang Negara Rp1,7 M Lebih
Perlahan sosok Mbah Putri mulai menampakkan diri. Mbah Putri ini kalau yang saya lihat tidak terlalu sepuh. Beliau memakai kemben Jawa dengan berkalung ronce melati. Tatapan matanya kosong, tanpa kehidupan, tapi beliau tersenyum.