Atap Asrama Ponpes Situbondo Ambruk Tewaskan 1 Santriwati, Emil Dardak Soroti Cuaca Ekstrem dan Bandingkan dengan Insiden Mirip di Ponorogo

photo author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 22:07 WIB
Menyoroti insiden ambruknya atap bangunan Ponpes Situbondo, Jawa Timur.  ((X.com/@jogja_base))
Menyoroti insiden ambruknya atap bangunan Ponpes Situbondo, Jawa Timur. ((X.com/@jogja_base))

 

(KLIKANGGARAN) – Kejadian runtuhnya atap bangunan asrama putri di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Situbondo, Jawa Timur, pada Rabu (29/10/2025) sekitar pukul 01.00 WIB memicu perhatian publik.

Peristiwa ini menyebabkan 19 santriwati menjadi korban, dengan satu orang meninggal dan 18 lainnya mengalami luka, empat di antaranya harus mendapatkan perawatan medis.

Insiden tersebut terjadi hanya beberapa pekan setelah tragedi serupa menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, sehingga memunculkan kekhawatiran soal keselamatan bangunan pendidikan berbasis pesantren.

Sebelum atap ambruk, wilayah Situbondo dilaporkan diguyur hujan deras disertai angin kencang.

Baca Juga: Viral Oknum Polisi Diduga Catcalling di Jakarta, Polda Metro Jaya Beri Tindakan Disiplin sebagai Komitmen Jaga Profesionalitas Anggota

Warga di sekitar lokasi mengaku mendengar suara keras dari arah asrama, yang kemudian disusul teriakan para santriwati yang meminta pertolongan. BPBD bersama aparat keamanan segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan penanganan awal.

Emil Dardak: Mirip dengan Kejadian di Ponorogo

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak menyampaikan rasa belasungkawa kepada para korban. Ia menyebut penanganan tingkat daerah sudah dilakukan secara terkoordinasi.

“Pertama, kita menyampaikan turut berduka atas adanya korban, termasuk satu santri yang meninggal dunia dari peristiwa di Situbondo," ungkap Emil kepada awak media di Surabaya, pada Rabu, 29 Oktober 2025.

Baca Juga: Bahlil Sidak SPBU di Malang setelah Ramai Keluhan Motor ‘Brebet’, Pemeriksaan Lemigas Nyatakan Kualitas BBM Masih Sesuai Standar Pemerintah

"Doa dan simpati kami untuk keluarga yang ditinggalkan,” sambungnya.

Emil juga mengingatkan agar publik tidak terjebak informasi yang belum terbukti dan menunggu pernyataan resmi pemerintah daerah. Menurutnya, sejumlah pemberitaan yang beredar tidak seluruhnya akurat.

“Kita perlu informasi yang valid mengenai apa yang terjadi. Saya mencermati beberapa judul pemberitaan, dan itu tidak sepenuhnya menggambarkan situasinya dengan tepat,” ujar Emil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X