“Kita boleh beda keyakinan, tetapi tetap harus menghormati satu sama lain jika ingin selamat dan happy berlibur di Bali. Bali ini indah dan ramah selama kita menjunjung adab dan menghormati budaya dan kepercayaan di sini,” lanjut saya.
Tepat jam empat pagi kesadaran Andy pulih. Saat dia sudah benar-benar sadar, yang dia minta cuma makan. Lapar, katanya.
Baca Juga: Gubernur Jambi Al Haris Menerima Penghargaan dari Kementerian Perdagangan RI di Jakarta
Setelah saya beri makan dan istirahat sebentar, saya minta mereka segera ke bandara, sebelum waktu yang ditentukan habis.
Masih ingin “main-main” dengan tanah Bali? Salam damai, Semesta.*
Penulis: Nyai Sampur
Editor: Blackrose
Mungkin teman Anda tertarik dengan artikel ini, mohon bantu share kepadanya, ya, terima kasih.
Artikel Terkait
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Satu
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Dua
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Tiga
Cerita Mistis Makam Keramat Murid Pangeran Diponegoro di Sleman
Cerita Mistis di Parangkusumo, Kisah Para Pengabdi Ratu Pantai Selatan
Cerita Mistis dari Bali, Sakralnya Pemujaan pada Ratu Ayu Mas Subandar
Cerita Mistis di Balik Gedung Tinggi, Siksaan Pasang Susuk dan Terkena Santet